Jumat, 03 September 2021

 

JEJAK SANG PENIKMAT KOPI

Padang savana terpampang luas 

Di depan mata

Aku berlari-lari kecil

Sambil menyentuhkan tanganku 

Pada ujung daun sang ilalang 

Yang bertebaran bebas disana

Sang kupu-kupu nampak sesekali

Bertengger manja tak mau tersentuh

Ku pandangi  sekeliling

Nampak dari jauh 

Sang gunung rinjani 

Menjulang indah tak tergapai

Nampak pula dibawah,

Rimbunnya kebun kopi 

Yang siap dipetik sang penikmatnya

Ku tapaki terjalnya bukit menjulang disana

Ku ayunkan langkah kakiku

Tanpa henti

Suara desahan nafas kelelahan

 Meluncur indah dari mulutku

Rasa haus mulai mendera

Ku teguk air 

Alirannya mampu menghilangkan sejenak

Rasa haus yang mendera

Ku ayunkan kembali langkah kakiku

Ada sepenggal harap

Bisa menggapai hatimu disana

Nafasku mulai terengah-engah

Tubuhku mulai linglung

Aku berusaha menggapai ranting yang tumbuh 

Diantara rimbunan ilalang

Tubuhku mulai menggelepar tak berdaya

Aku tersungkur tak mampu

Menopang tubuhku sendiri

Wahai sang pemuda penikmat kopi

Dimanakah sosokmu berada

Langkahku semakin gontai

Tuk menggapai bayangmu

Berlahan matakupun meredup 

Tanpa mampu kubuka kembali

Aku hanya bisa merasakan

Hilangnya jejak-jejak bayangmu

Ditengah luasnya padang savana

Kau semakin jauh dan menjauh

Bersama segelas kopi 

Yang senantiasa kau tenteng ditanganmu

4 komentar:

  1. Ttp semangat bun...tgg saatnya nnti sd akan menikmati kopi itu berdua ttp optomis y 😍

    BalasHapus
  2. Semangat terus buat puisi" indahnya, d balik kegiatan yg padat ternyata masih smpat buat puisi...kereeeen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaa klo puisi seneng buat aja walaupun gk sehebat puisi yg lain..

      Hapus

TERSESAT

Cerita dikit perjalanan hari ini: Minggu-minggu ini vertigo ku suka kambuh, walau tidak separah dulu tapi tetap membuatku khawatir karena ...