Part 1
Ketika melihat jam dinding yang ditaruh dekat lemari tv rumah tempatku mengajar privat menunjukkan pukul 21.30 WITA aku terkejut sekali karena keasyikan mengajar aku tidak sadar waktu sudah semakin malam. Segera aku mengakhiri pelajaran dan pamit pada orang tua siswa yang kuajarkan, segera ku stater motor bututku karena takut kemalaman sampai kost. Setengah jam perjalanan sampailah tempat yang dituju yakni kost-kostan sederhana yang terletak tidak jauh dari kampus tempatku menimba Ilmu. Ada 5 kamar disana yang kesemuanya rata-rata diisi oleh mahasiswa-mahasiswa dari kampus yang sama, kami semua disana sudah seperti saudara susah senang kami lalui bersama-sama.
"Assalaamualaikum"ucapku memasuki pekarangan kost ku.
"Waalaikum salaam "jawab seseorang yang terasa asing ditelingaku. Disana nampak dua orang pemuda sedang duduk di berugak yang memang disediakan untuk tamu-tamu yang datang ke kost. Dari penampilan mereka sepertinya mereka merupakan mahasiswa yang aktif di kegiatan organisasi kampus, karena gelap aku tidak sadar ternyata yang bertamu kerumah merupakan ketua organisasi yang kuikuti di kampus.
Astaga Kak Richard kirain siapa maaf ya tadi gelap jadi gak jelas kelihatan wajah kakak"gumamku gak enak.
ya ni Alin kakak kesini mau ngasih tahu proposal kegiatan yang kita ajukan kemarin sudah disetujui besok kita bisa kekantor ke gubernuran untuk mengambil uangnya jam 16.00 saya tunggu di UKM ya .
Ya, Kak"jawabku".
Sebenarnya saat ngobrol dengan kak Richard aku agak kikuk karena teman yang bersama kak Richard terus-menerus memperhatikanku, terus terang aku jadi risih.
Oya hampir lupa nih kenalin ini Kak Anan mantan ketua Pramuka " kata kak Richard".
aku lalu menyambut uluran tangannya dia tersenyum manis padaku.
Setelah berbincang beberapa lama akhirnya kedua kakak tingkatku ini pamit pulang, aku lalu mengantar mereka sampai gerbang depan tanpa sengaja aku bertatapan dengan kak Anan dia tersenyum penuh arti padaku entahlah senyuman itu terasa aneh kurasakan dan aku tidak pernah menyangka ternyata senyuman itulah yang dikemudian hari mampu memporak-porak dan mengubah jalan hidupku..
Part 2
Namaku Alin Sùkma Anjani, Alin adalah panggilan akrabku aku adalah seorang mahasiswi disebuah perguruan tinggi negeri yang ada di sebuah kota yang ada di pulau Lombok. Melanjutkan pendidikan ke perguruan tingi merupakan cita-citaku dari kecil walaupun pada saat itu aku tahu itu merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk orang sepertiku yang tingkat ekonominya rendah yang hanya tinggal bersama Nenek yang sehari-hari hanya berjualan pisang di pasar dan terpisah dari orang tuaku.
yah aku memang tinggal bersama nenekku karena bapakku menikah lagi sepeninggal ibuku menghadap yang Maha Kuasa. Ibu tiriku kurang menyukaiku sehingga aku merasa lebih nyaman tinggal bersama nenekku.
Berkat kegigihanku belajar dari SD sampai SMA aku selalu mendapatkan juara 1 hanya saja kalau anak lain ketika mendapatkan juara akan semangat memberi tahukan orang tua mereka dan bisa ditebak mereka akan mendapatkan hadiah lain halnya dengan diriku semua kegembiraan dan rasa bangga karena mendapatkan juara aku simpen sendiri karena walaupun aku memberitahukan bapakku aku sudah hafal reaksinya akan biasa-biasa saja apalagi akan mengharapkan hadiah itu hanya ada dalam angan-anganku.
Tapi bukan itu tujuanku belajar dengan giat, semua kerja keras dan kegigihanku dalam belajar semata-mata ingin mewujudkan cita-cita yang selama ini aku pendam yakni menjadi seorang perawat.
Tahun demi tahun aku lewati tibalah pengumuman kelulusan SMA dan alhamdulillah aku lulus SMA dengan nilai yang sangat memuaskan dan lebih menyenangkan lagi aku diterima diperguruan tinggi yang aku idam-idamkan tanpa test dan untuk pertama kalinya aku melihat bapak menangis dan memelukku, beliau mengucapkan rasa bangganya memiliki anak seperti itu. Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya aku saat itu kata-kata penyemangat dan rasa bangga bapakku terpampang nyata didepan mataku kupeluk orang tuaku satu-satunya itu dengan erat aku baru sadar selama ini sikap cueknya terhadapku lebih dikarenakan untuk menjaga perasaan ibu tiriku."oh bapakku maafkan anakmu yang telah berburuk sangka padamu"...
Cita-cita menjadi perawat pupus sudah karena aku diterima diperguruan tinggi dengan jurusan yang berbeda dari yang aku idam-idamkan tapi itu tidak menurunkan motivasiku dalam mengejar kesuksesan yang terpenting aku bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun sesuatu yang ku khawatirkan terjadi bapak dengan ibu tiriku bertengkar hebat, ibu tiriku marah besar begitu tahu aku akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
"kayak anak orang kaya mau sekolah tinggi-tinggi memang mau pakai biaya dari mana, lebih baik suruh diam dirumah saja bantu-bantu beres-beres rumah apalagi dia kan perempuan paling ujung-ujungnya diam didapur kalau sudah menikah", Ibu tiriku tak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata yang membuat air mataku terjatuh.
"braaakkkk"...ternyata jendela rumah belakang pecah aku kaget sekali ibu tiriku melempar kaca jendela dengan batu yang ada didekat dapur dia mau melempar bapakku yang terdiam saja mendengar ocehannya untungnya bapakku bisa menghindar.
aku hampir menyerah untuk kuliah karena melihat pertengkaran ibu tiri dan bapakku. Aku terduduk lemas di sisi ranjang kamar mungilku, aku menyeka air mata yang tiada henti keluar dari pelupuk mataku, aku tidak habis mengerti mengapa ibu tiriku begitu membenciku padahal selama ini aku selalu patuh pada semua perintahnya.
Andai dia tahu betapa aku ingin merasakan kasih sayangnya, aku yang dari bayi tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu begitu rindu dengan belaian kasih sayang seorang ibu. Ah gak ada guna aku berkeluh kesah begini aku percaya aku bisa bangkit dan mengejar cita-citaku, nenek tiba-tiba menghampiriku.
"Cucuku kamu tidak usah memikirkan kata-kata ibumu ya, kamu fokus kuliah minggu depan batas daftar ulang segera urus semua jangan sampai ada yang terlupa dan mengenai uang pendaftaran nanti nenek kasih ya jangan sampai masalah ini menurunkan motivasimu dalam menuntut ilmu buktikan pada mereka yang merendahkanmu kalau kamu bisa mewujudkan cita-cita yang kamu impikan".
Aku memeluk nenek dengan begitu erat dia merupakan pahlawan dalam hidupku walaupun selalu memanjakan aku dengan kasih sayang yang berlimpah.."ah mengapa tiba-tiba aku begitu merindukanmu Nek semoga engkau bahagia disana".
Part 3
Bulan Agustus tepatnya di tahun 2000 aku memulai kuliah pertamaku di sebuah kampus ternama di kota ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya sebelum resmi menjadi mahasiswa sesungguhnya terdapat berbagai rangkaian kegiatan ospek yang harus diikuti.
Kegiatan ospek ini sangat memakan waktu istirahatku karena jam 05.00 pagi aku harus sudah berangkat ke kampus sambil membawa tas kresek yang isinya berbagai macam jajanan suruhan kakak-kakak tingkat yang menggojlokku dan pulang begitu azan magrib dikumandangkan.
Setelah satu minggu akhirnya kegiatan ospek yang begitu melelahkan berakhir sudah dan diganti dengan kegiatan perkuliahan seperti biasa. Ternyata teman-teman sekelasku berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia .
Suasana perkuliahan pertama begitu menyenangkan, seperti masa-masa SMP dan SMA aku selalu berusaha memposisikan diri duduk paling depan agar konsentrasi belajar lebih terfokus dan materi perkuliahan lebih cepat difahami. Jika ada waktu luang aku akan segera menyendiri pergi ke perpustakaan kampus atau perpustakaan daerah yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus tempatku kuliah, cuaca panas rasa letih setelah mengikuti kegiatan perkuliahanpun tak kuhiraukan jika keinginan ke perpustakaan memuncak.
Hari itu cuaca terasa begitu terik, sinar mentari seakan membakar sekujur tubuh, keringat bercucuran tak terbendung, aku termangu memandangi setiap mobil angkutan atau cidomo yang lewat di depanku, kalau mengikuti rasa lelah aku ingin sekali menaiki kendaraan umum tersebut, namun apa daya uang yang tersisa ditanganku hanya cukup untuk membeli nasi satu bungkus, perutku sudah meronta-ronta dari tadi minta diisi, aku memang belum makan dari pagi karena uang yang tersisa cukup untuk makan hari ini saja dan aku memilih untuk menggunakannya pada siang hari supaya tubuhku kuat menahan lapar hingga malam.
Aku memutuskan melanjutkan perjalanan ke perpustakaan daerah walau harus bermandikan keringat, ada sedikit rasa lega karena di sana disediakan air dingin untuk para pengunjung.
Aku rasa segelas air dingin mampu menahan rasa lapar."Gumamku dalam hati".
Alin mau kemana."teman satu kelasku tiba-tiba menghampiri dia kebetulan ke kampus menggunakan motor."
ini mau ke perpustakaan daerah."jawabku".
Aku anterin yuk."katanya menawarkan diri."
Apa tidak merepotkan."tanyaku berusaha menolak karena aku tidak terbiasa berboncengan dengan lawan jenis."
Gak apa-apa malah aku senang bisa mengantarmu"Jawabnya."
Akhirnya dengan perasaan tidak enak ku naiki motornya. Tidak butuh waktu lama motor itu sudah melaju dengan kencang, tapi ada yang aneh aku merasa jalur ke perpustakaan bukan ke arah dia mengantarkanku, perasaanku tiba-tiba tidak enak. ya Allah, aku berusaha membuang prasangka buruk yang mampir dibenakku.
Andi bukannya ini bukan jalur ke perpustakaan ya."tanyaku sambil bergetar."
Bukannya menjawab Andi malah terdiam seribu bahasa sambil mempercepat laju motornya.
(Bersambung)
Ditunggu kelanjutannya...
BalasHapusLanjut..ditunggu
BalasHapus