Pernah di dalam hati saya dipenuhi keyakinan bahwa seseorang yang saya dampingi selama ini adalah takdir-Nya untuk hidup saya.
Pernah saya begitu bersyukurnya dipertemukan dengannya yang saya anggap begitu baik.
Pernah saya berusaha memantaskan diri demi untuk duduk bersanding di sebelahnya kelak dalam akad.
Pernah juga saya memohon doa di setiap sujud terakhir saya, agar apa yang saya aminkan adalah apa yang Tuhan izinkan.
Namun nyatanya, hanya di dalam hati saya keyakinan itu penuh, sedang di dalam hatinya terisi keraguan. Hanya saya yang bersyukur atas pertemuan dengannya, sedang dia tak merasakan apapun. Hanya saya yang berusaha memantaskan diri, sedang baginya bukan saya yang pantas mendampingi. Hanya saya yang memohon doa di setiap sujud, sedang aminnya tidak bermuara pada saya.
Saya ingin membencinya, tetapi rasa cinta saya masih lebih besar dari segala-galanya
Merah merona eiy... :)
BalasHapus