Sabtu, 18 September 2021

SURAT UNDANGANMU

Surat Undanganmu

Dengan tangan gemetar 

Ku baca undangan itu

Bagai petir di siang bolong

Panasnya serasa membakar 

Seluruh lapisan kulitku

Mulutku terkatup rapat

Tanpa mampu bersuara

Mata lelahku tertuju pada

Nama yang selalu menghiasi 

Doa-doa di setiap sujud malam panjangku

Nama yang selalu ku lantunkan

Dalam nada-nada cinta

Nama yang selalu kuharapkan

Suatu saat nanti akan

Bersanding disamping namaku

Aku terkapar lemas 

Hatiku seperti tercabik-cabik

sembilu yang begitu tajam

Nama itu memang namamu

Dan ada nama lain 

yang bersanding indah di samping namamu

Aku hanya bisa tertunduk lemas

Ini bukan mimpi tapi nyata

Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya

Aku ingin berlari sejauh-jauhnya

Semesta sepertinya sedang mempermainkan 

Hati dan perasaanku

Setelah ratusan purnama

Aku berjuang untuk bangkit 

Dan berdiri tegar di tengah keterpurukan

Kini aku harus kembali terjatuh

Kelubang duka nestapa

Yang begitu meluluh lantakkan

Rasa dan pertahananku

Cinta itu kini terkubur kembali

Luka itu kini nyatanya 

Serasa menganga kembali

Wahai air mata keluarlah

Jangan selalu bersembunyi

Dibalik senyum dan tawa palsu itu.

Mengalirlah sederas air hujan

menyapa bumi

Agar beban luka yang menghimpit 

Di setiap dinding hati ini 

Terhapus tanpa jejak oleh siramanmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERSESAT

Cerita dikit perjalanan hari ini: Minggu-minggu ini vertigo ku suka kambuh, walau tidak separah dulu tapi tetap membuatku khawatir karena ...