Jumat, 30 September 2022

Perbedaan karakteristik siswa



Setiap anak terlahir berbeda , tak ada manusia yg memiliki kesamaan persis dengan yang lainnya, bahkan pada saudara kembarpun pasti memiliki perbedaan diantara banyak kesamaannya. 

Keunikan terlihat dari perbedaan-perbedaan tersebut. 

karakter anak terbentuk dari interaksi dengan lingkungan, dengan kata lain, lingkungan berperan penting membentuk karakter setiap anak.

Jangan salahkan jika ada  anak yg  pendiam atau sebaliknya, ada yg  hiperaktif.

Karena tidak ada yang salah dengan pribadi pendiam dan hiperaktif. 

Anak-anak  yang pendiam dan yang hiperaktif  mereka memang berbeda dengan temannya dan perbedaan yang ada pada diri mereka adalah sebentuk cara Tuhan dalam mengabarkan kepada hambaNya bahwa ada manusia-manusia yang memiliki kepribadian unik.

 Mereka membutuhkan pemahaman dan sikap positif dari lingkungan bahwa pendiam atau hiperaktif bukan sebuah kesalahan.

Einstain, Thomas alfa edison, Bill gates adalah segelincir manusia yang ketika kecilnya tergolong hiperaktif. Sejarah pada akhirnya mengakui peran besar mereka terhadap kemajuan peradaban.

Soe hok gie dan Ahmad Wahib menghabiskan masa remajanya dengan menikmati buku-buku sejarah dan sastra.

mereka berdua bergulat dengan kegalauan akan kondisi sosial yang tengah terjadi kala itu.

Hall itu tidak membuat mereka serta merta meratapi keadaan, tapi mereka tuangkan ide dan pemikiran-pemikiran mereka dalam sebentuk buku catatan harian.

Buku catatan itu sampai sekarang masih dibaca oleh masyarakat, khususnya di lingkungan akademisi dan menjadi literature di perpustakaan-perpustakaan baik sekolah maupun universitas.

Dengan karakter anak yang beraneka ragam, mereka masing-masing berusaha memahami kehidupan.

Dukunglah upaya mereka memaknai hidup dengan cara mereka masing-masing. Mereka butuh dukungan dan kepercayaan agar kepercayaan diri mereka terbangun. 

Bukan sebaliknya terbenam oleh cacian dan makian yang setiap hari mereka terima.

Anak hiperaktif sering di judge dengan komentar-komentar negatif seperti

“dasar anak bodoh, begitu saja tidak bisa, bisa diam tidak.”

Pada akhirnya judgement itu perlahan tapi pasti begitu membekas dalam otak sang anak dan semakin menenggelamkan mereka pada jurang ketidakpercayaan diri, takut berimprofisasi. 

Dan tanpa kita sadari, kita telah turut andil dalam membenamkan potensi anak dengan komentar-komentar dan penilaian negatif kita terhadap anak. 

Saat membaca-baca buku tidak sengaja saya menemukan sebuah kutipan falsafah belajar efektif yang ditulis oleh Bobbi deporter.

Berikut falsafah keren yang ia tuliskan.

1. Kami percaya bahwa belajar adalah proyek sepanjang hayat yang dapat dilakukan orang dengan penuh ceria dan sukses.

2. Kami percaya bahwa keseluruhan kepribadian sangat penting; intelek, fisik dan emosi.

3. Kami percaya bahwa harga diri yang tinggi adalah unsur pokok dalam membentuk pelajar yang sehat dan bahagia.

Bobbi Deporter pun sepakat bahwa kepribadian yang ada dalam diri setiap anak memiliki peranan yang sangat penting bagi terbentuknya pribadi-pribadi yang unik dan luar biasa. Sekali lagi, yang anak-anak butuhkan bukan penghakiman dan komentar-komentar negatif terhadap cara dan sikap mereka merespon lingkungan melainkan dorongan, pemahaman dan kepercayaan bahwa mereka juga mampu untuk berkarya dengan cara mereka sendiri.

We live only a small part of life we are given.

So live meaningful and powerful to find your truth.

 Loving, believing, and understanding.

Selasa, 27 September 2022

Herman Ady Purwanto




Herman Adi Purwanto

Itulah namamu

Aku menemukanmu di suatu masa

Saat dimana aku sedang tersesat

Dalam luka hati yang begitu mendalam

Kau datang tiba-tiba dan menghadirkan cerita cinta

Kau datang dengan sejuta harapan

Membuat aku terbuai angan-angan

Herman Adi Purwanto

Itulah namamu

Nama yang dulu tak pernah ada di hatiku

Namun kini

Nama itu selalu menghiasi malam-malamku

Nama yang selalu memenuhi relung hati terdalamku

Hingga tak ada celah tuk memikirkan nama yang lain

Herman Adi Purwanto

Kau tau rasa cinta dan sayang yang ada dalam hatiku untukmu

Laksana lembayung senja yang selalu merekah merona walau kadang senja tenggelam di ujung malam

Herman Adi Purwanto

Kau tau sampai saat ini

Kau masih saja sebuah misteri dalam hidupku

Andai kau tahu betapa aku ingin mengetahui semua hal tentangmu

Betapa aku ingin kau terbuka apapun padaku

Betapa ku ingin melihat sosok nyatamu

Betapa ku ingin setiap detik mendengar suaramu

Herman Adi Purwanto

Betapa kuingin bertanya pada bulan yang sedang bercahaya indah

Apakah rasaku dan rasamu sama adanya

Betapa kuingin bertanya pada sang bintang

Apakah cinta dan sayangmu memang benar adanya

Herman Adi Purwanto

Kau tahu 

Setiap beribu pertanyaan ini muncul dibenakku

Aku hanya bisa menangis

Karena aku tahu jawaban ini begitu sulit kudapatkan

Entah rahasia apa yang kau simpan padaku

Hingga saat ini kau tak jua mau terbuka di depanku

Herman Adi Purwanto

Kau tahu 

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau



Keindahan Alam


Kupejamkan mataku sesaat

Hanya sekedar ingin menikmati kembali

Suasana sejuk yang telah lama kurindui

Kurentangkan tanganku

Kuangkat kepalaku

Kuhirup udara sejuk yang mengalir indah di hidungku 

Tenang dan senang yang ku rasa

Membuatku terbuai ke masa yang silam

Perlahan ku buka kedua bola mataku

Hamparan rumput memanjakan setiap mata yang memandang

Kicauan burung terdengar merdu

Membuat hatiku kian merindu

Indahnya alam ini membuatku terpaku 

Membuat ragaku ingin kembali menyatu

Wahai Sang Pencipta Alam

Rasa kagumku sulit untuk kupendam

Membuat jiwaku meradang

Di setiap sudut mata memandang

Hanya keindahan yang terpampang

Keindahan alamnya begitu sempurna

Membuat sukmaku kembali terpana

Setiap orang pasti akan terkesima

Tanpa sadar akupun kembali merana

Melintasi sang cakrawala

Keindahan alam ini harus selalu dijaga

Agar kesejukannya tak akan pernah sirna


Gunungsari

27 September 2022

Kamis, 22 September 2022

ASAKU DI BALIK LAKUMU

SMAN 1 BATULAYAR

Kurebahkan tubuh mungilku di atas kasur, badanku seperti remuk redam setelah berkutat dengan segudang kegiatan latihan dalam rangka menyambut kedatangan para tamu undangan di acara symposium guru penggerak angkatan 2 kabupaten Lombok Barat.

Ku hidupkan kipas angin yang berdiri tegak di sudut kamarku, kepalaku terasa begitu berat, mataku pun sudah meminta belas kasih untuk dipejamkan. Baru saja mata ini tertutup tiba-tiba gawaiku terdengar bergetar indah, ku lirik ada chat WhatsApp yang masuk dari seseorang yang no hp nya tidak ku simpan. Belum sempat ku baca ku lemparkan kembali hp ku kemudian aku memilih untuk memejamkan mataku kembali. Entah berapa lama aku pulas tertidur, begitu ku buka mataku jam di hpku sudah menunjukkan pukul 17.00 WITA, Aku langsung terloncat dari tempat tidurku karena belum sholat ashar.

Setelah mandi dan sholat ku raih lagi benda pipihku, ku buka chat demi chat yang masuk, mataku tertuju pada salah satu chat yang tak kuketahui dari mana karena no nya no asing.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh, ibu apa Khabar, apakah ibu masih mengingatku?.”bunyi chatnya”

Karena penasaran ku coba melihat foto profilnya tapi tetap saja memoriku tak mampu mengingat siapa yang menghubungiku.

Mohon maaf ibu gak inget siapa kamu."jawabku".

Tidak lama kemudian dia membalas chatku, tapi kali ini balasannya berupa foto lama. Aku terhenyak ternyata dia adalah siswaku zaman dulu, sudah lama sekali sekitar dua belas tahun yang lalu, pantas saja aku tidak begitu mengingatnya.

Setelah itu gak ada chat lagi yang masuk, aku kemudian kembali bercengkrama dengan teman baikku yang selama ini selalu menemani hari-hariku yakni laptop putih yang akhir-akhir ini sering mengalami gangguan.

Malam harinya aku sibuk mempersiapkan segala perlengkapan untuk kebutuhan kemah. Aku dan beberapa temanku akan mengadakan kemah di pantai Malimbu, segala perlengkapan aku siapkan dari sekarang karena khawatir esok ada yang terlupa.

Pagi buta, ketika sang mentari belum menampakkan sinarnya ku buka mataku, ku basuh mukaku dan kusucikan diriku. Dalam sujud panjang ku kupasrahkan hidupku pada sang pemilik takdir Allah Tuhan yang maha kuasa.

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, segera ku anter si kecil ke rumah bibinya, aku memutuskan untuk tidak membawanya ikut serta karena alasan keamanan.

Lokasi perkemahan kali ini dekat dengan sebuah hotel berbintang lima, aku sempat takjub memandang kemegahan hotel itu. Membayangkan betapa mahal jika harus menginap di sana.

Bu Um, ayo segera pasang tendanya."teriakan dari Bu Sari membuyarkan hayalanku."

Ya bentar aku mau bermain-main dulu dipinggir pantai mau mandi."sahutku."

Pasang dulu tendanya habis itu baru mandi pantai."ujar Bu Sari lagi."

Oke kalau gitu."jawabku lagi."

Setelah tenda terpasang aku mengajak Bu Anggi dan Bu Ulan untuk berkeliling menyusuri keindahan pantai, kegiatan mandi aku tunda karena sepertinya cuaca begitu terik, kala mentari mulai meninggi dan menampakkan pesona indahnya, terik panasnya mulai terasa menyilaukan mata. Menit berlalu, tidak terasa sudah mulai sore. Lembayung senja sudah menampakkan ronanya, agaknya dia sudah siap mengantarkan senja kembali keperaduannya, aku berjalan santai dipinggir hotel bintang lima.

Jujur mataku tak jua mampu berhenti menatap keindahan bangunannya, bangunannya bergaya Erofa namun tetap ada sentuhan Indonesianya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Ibu Bu guru Umi ya?". Tanya seorang pemuda yang tiba-tiba meraih tanganku dan menciumnya.

Tentu saja aku kaget bukan kepalang.

Masa bu guru gak inget sama saya."ucapnya lagi."

Ku perhatikan wajahnya, kulitnya begitu putih bersih lengkap dengan baju dan dasi di lehernya.

Ya Allah kamu Selamet ya." Ucapku setengah berteriak."

Ya Bu saya Slamet, Alhamdulillah ternyata ibu masih mengingat saya.

Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini, Slamet adalah siswaku dulu sekitar dua belas tahun yang lalu, dia yang dulu kumel, jarang mandi, di kelas sering tertidur penampilannya acak-acakan tapi sekarang apa yang kulihat dia berdiri dengan begitu gagahnya, kulitnya bersih penampilannya sangat rapi.

Kamu kerja dimana sekarang?"tanyaku penasaran."

Aku sekarang kerja di sini Bu guru, sekitar dua tahun yang lalu aku diangkat menjadi manager hotel bintang lima di hotel ini. "Jawabnya."

MasyaAllah selamat ya, ibu sangat senang mendengarnya."ucapku berkaca-kaca."

Bagaimana mungkin aku tidak terharu, aku menyaksikan di depan mataku keberhasilan salah seorang anak didik yang dulu sempat dipandang sebelah mata oleh beberapa oknum guru dan teman-temannya.

Bertemu dengan Selamet membuat memori dua belas tahun silam kembali menari-nari dipelupuk mataku. Dua belas tahun yang lalu ketika aku masih ditugaskan di sebuah sekolah kecil yang terletak tidak jauh dari bibir pantai tepatnya di wilayah Batulayar….

Hari ini rapat pembagian tugas, rapat dihadiri oleh seluruh dewan guru dan staf Tata Usaha. Ku tatap SK pembagian tugas yang baru saja dibagikan, seperti biasa setiap pembagian tugas aku selalu penasaran mengajar di kelas berapa dan menjadi wali kelas untuk siswa kelas berapa.

Untuk kesekian kalinya aku hanya terdiam memandangi SK itu, tahun ini untuk ke tiga kalinya aku di berikan tugas menjadi wali kelas di kelas Jurusan Bahasa.

Aku sempat mengacungkan tangan menanggapi keputusan sekolah ini, karena biasanya setiap tahun wali kelas harusnya berganti atau roling agar siswa juga tidak jenuh jika dipegang oleh wali kelas yang sama setiap tahunnya.

Namun apa yang terjadi, ternyata tugas sebagai wali kelas tahun inipun tidak berganti karena semua guru tidak ada yang mau ditugaskan untuk menjadi wali kelas di kelas XII Jurusan Bahasa ini, bukan tanpa alasan mereka menolak, karena mau tidak mau harus diakui pada kenyataannya kelas ini dihuni oleh murid yang luar biasa, butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi setiap perilaku-perilaku yang mereka lakukan dan tampakkan.

Jauh dilubuk hati terdalamku sebenarnya aku ingin di tugaskan menjadi wali kelas di kelas IPA karena sudah merasa sangat capek dan kewalahan menangani anak-anak ini.

Berbagai usaha dan pembinaan sudah dilakukan agar mereka semua mau berubah, tapi pada kenyataannya harapan itu masih jauh dari kata berhasil.

Setelah rapat selesai aku memutuskan menemui mereka di kelas, begitu memasuki kelas mereka, aku mengucapkan salam yang kemudian di jawab dengan antusias oleh mereka. Mereka meluapkan kegembiraan karena mereka tahu kalau tahun ini yang menjadi wali kelasnya adalah aku lagi. Melihat kegembiraan mereka semua hatiku luluh kembali, sebenarnya jumlah mereka tidak terlalu banyak hanya 7 orang siswa yang kesemuanya berjenis kelamin laki-laki. Sebelumnya jumlah mereka ada delapan orang namun sangat disayangkan salah satu dari mereka terpaksa berhenti sekolah karena ketiadaan tranportasi untuk ke sekolah.

Ah aku kembali teringat anak itu, Namanya Deni, nama lengkapnya Deni Sumarno di kelas ini dia satu-satunya siswa yang berperilaku lebih sopandan lebih rajin bila dibandingkan ke tujuh temannya.

Suatu hari dia menghadap ke ruanganku dan mengatakan ingin berhenti sekolah dan memutuskan untuk menjadi TKI di Malaysia agar bisa membeli motor untuk ke sekolah. Aku sebagai wali kelas menanyakan kenapa tidak menggunakan bemo saja ke sekolah, dia lalu menjawab bahwa bemo dirumahnya kadang lewat kadang tidak.

Deni tinggal bersama neneknya setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Saat ini kedua orang tuanya sudah menikah dengan pasangannya masing-masing dan yang membuatku miris sebenarnya masih ada motor bapaknya yang tidak terpakai tapi bapaknya tidak memberikan izin untuk dipakai oleh Deni.

Pernah suatu hari aku dan guru BK pergi home visit ke rumah neneknya, kami disambut dengan sikap dingin oleh keluarganya, hanya neneknya yang bersikap baik terhadap kami.

Bibinya gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba mengeluarkan unek-uneknya dan terus-menerus mengeluhkan sikap orang tua Deni yang tidak mau peduli dan lepas tanggung jawab dari anaknya. Saat itu Deni hanya tertunduk sedih, neneknya juga nampak mengeluarkan air mata. Saat kami sedang asyik mendengar keluh kesah bibinya tiba-tiba ibu kandung Deni lewat, melihat kedatangan kami, dia bukannya berhenti dan menyapa malah segera berlalu sambil mempercepat laju motornya.

Aku hanya bisa mengelus dada melihat perilaku ibunya.

Suatu hari saat itu pelajaran matematika, seperti biasa ketika anak-anak dalam kondisi kelas kosong pasti yang pertama kali dicari adalah aku selaku wali kelas.

Aku mencari mereka ke semua sudut sekolah, tidak tampak satupun batang hidung mereka sampai akhirnya mataku tertuju pada musholla. Nampaknya mereka bersembunyi di sana, ku tengok di jendela ternyata memang benar mereka semua bersembunyi di sana, menyadari kehadiranku bukannya langsung menuju kelas mereka malah menutup muka mereka sambil meneruskan tertidur.

Ku perintahkan mereka untuk memasuki kelas karena gurunya sudah lama menunggu, dengan cara halus tak jua berhasil, kesabaranku benar-benar diuji akhirnya dengan emosi aku ambil pot bunga yang berada di samping mushola lalu ku angkat sambil berteriak ke arah mereka. Mereka lari terbirit-birit menuju ke arah kelas, sementara itu guru matematika sudah tidak mau mengajar karena kesal terlalu lama menunggu. Akhirnya kuputuskan aku yang mengisi.

Sambil menahan emosi aku bertanya."apa kalian tidak malu sudah kelas tiga tapi perilaku kalian melebihi anak-anak TK,

Apa kalian tidak malu sikap kalian telah melukai dan menyinggung perasaan guru-guru kalian.

Apa kalian tidak memikirkan perasaan ibu sebagai wali kelas kalian, bagaimana malunya ibu dianggap tidak becus mengurus kalian?

Atau kalian bosan ibu menjadi wali kelas kalian??

Pertanyaan demi pertanyaan ku lontarkan sambil menahan air mata yang sedari tadi ingin menetes di pelupuk mataku.

Mereka semua hanya terdiam, tidak ada satupun yang berani menjawab. Semua menunduk, sampai tiba pada pertanyaan Terakhir.

Atau kalian mau wali kelas kalian diganti?"kataku setengah berteriak."

Dalam sekejap semua menjawab." Jangan ibu, jangan di ganti selama ini hanya ibu yang sayang sama kami, hanya ibu yang mau peduli dengan kami, hanya ibu yang menganggap kami ada."

Ku lihat mereka semua menangis, aku yang memang sedari tadi ingin menangis tak kuasa menahan tangis juga.

Aku lalu menasehati mereka semua dan menegaskan bahwa semua guru menyayangi mereka, semua guru peduli sama mereka, semua guru menganggap mereka ada, mungkin hanya caranya yang berbeda.

Kami lalu berpelukan dan mereka berjanji mulai hari ini akan mengubah perilaku mereka.

Ubaidillah yang keseharian di kelas selalu berpenampilan kusut suka mengedipkan mata dan menggoda gurunya, Selamet yang suka cengengesan tapi pandai bahasa Inggris, Robi yang pendiam tapi disiplin mengumpulkan tugas, Zulyadaeni yang satu bulan hanya masuk sekolah beberapa hari saja karena harus bekerja membantu orang tua di Bengkel, Tomi yang hobi menggambar, Si Faesal yang selalu izin ke belakang setiap gurunya memasuki kelas tapi pandai bermusik, Si Fatih yang pandai berbahasa Arab dan suka berceramah di depan kelas, dan Si Rizal yang hobi bercerita.

Wajah mereka dan kebiasaan -kebiasaan mereka selama sekolah dulu mulai memenuhi pelupuk mata dan ingatanku.

Aku seperti di bawa ke masa lalu, masa belasan tahun silam

Ada satu kisah yang membuatku terharu, kebiasaan di sekolah kami setiap hari ulang tahun guru akan diadakan lomba merias kelas oleh pihak sekolah.

Untuk diketahui selama sekolah ini berdiri setiap ulang tahun guru, hanya kelas bahasa yang tidak pernah ikut berpartisipasi dalam lomba menghias kelas. Tiap kali kelas lain sibuk mempersiapkan lomba menghias kelas mereka hanya menonton tanpa ada sedikitpun tergerak untuk ikut berpartisipasi sebagai bentuk hormat pada guru mereka. Selain karena rata-rata berasal dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah, niat dalam diri mereka tidak ada untuk ikut kegiatan ini.

Tahun ini aku bertekad mengajak siswa binaanku untuk mengikuti lomba menghias kelas, bukan tujuan untuk menjadi juara tapi semata-mata sebagai bentuk penghargaan anak-anak terhadap guru-guru yang selama ini sudah berjasa dalam kehidupan mereka.

Ketika hal ini kuutarakan pada mereka, aku tidak pernah menyangka ternyata mereka antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Mereka mulai urunan untuk membeli segala perlengkapan yang dibutuhkan, sekedar diketahui anak-anak binaanku adalah anak-anak yang kurang mampu rata-rata ekonomi orang tua mereka menengah ke bawah. Mereka urunan ala kadarnya, di saat teman-temannya di kelas lain mampu membeli kue ulang tahun yang mahal, mereka hanya mampu membeli kue donat yang kemudian di susun lalu menaruh lilin di atasnya. Aku sangat terharu atas semangat mereka di tengah keterbatasan yang mereka miliki.

Hari yang dinanti-nantikan itupun tiba, seperti biasa semua guru akan berkeliling sambil mencicipi makanan yang disuguhkan anak-anak seraya menikmati acara yang disuguhkan mereka. Hingga tibalah mereka semua di kelas XII Bahasa, awalnya mereka melewati kelas itu karena mengira anak-anak tidak berpartisipasi seperti biasanya, namun tidak beberapa lama anak-anak keluar dari kelas kemudian menyambut kedatangan guru-gurunya sambil membawakan lagu selamat ulang tahun. Hampir semua guru terkejut dan bahagia melihat kejadian itu, mereka tidak pernah menyangka anak-anak ini akan mempersiapkan acara dengan antusias di tengah kesederhanaan yang mereka miliki. Ketika acara sambutan untuk wali kelas disampaikan oleh salah satu perwakilan, aku sangat terharu dan hampir menangis'.

Bu Umi wali kelas kami yang tersayang, kami mohon maaf jika selama ini terlalu banyak membuat Bu umi sedih, kami mohon maaf karena telah banyak merepotkan Bu Umi.

Bu Umi Bu guru kami tersayang, mulai saat ini kami berjanji akan menjadi anak yang baik dan penurut, kami berjanji untuk tidak nakal lagi

Untuk bapak ibu guru kami tercinta maafkanlah kesalahan-kesalahan yang sudah kami lakukan.

Kata-kata sambutan yang dilontarkan cukup membuat kami semua terharu, aku sendiri menitikkan air mata. Betapa jauh dilubuk hatiku aku begitu menyayangi mereka semua.

Esok pagi hari Minggu yang cerah aku dan anak-anak binaanku berjanji untuk rekreasi ke pantai. Tepatnya di pantai Malimbu, suasana pantai begitu indah dan menyejukkan, kami lalu duduk bersama-sama, satu persatu mereka bercerita kondisi yang mereka alami selama ini, mulai dari keluarga sampai lingkungan sekitarnya.

Ku dengarkan dengan penuh perhatian setiap cerita yang mengalir di bibir mereka. Mulai dari Najibullah yang hidup sebatang kara yang terpaksa tinggal menumpang dirumah pamannya, dan untuk membiayai sekolahnya setiap pulang sekolah dia bekerja membantu nelayan menangkap ikan. Dilanjutkan Zulyadaeni yang harus banting tulang membantu kedua orangnya mencari nafkah dengan membuka bengkel kecil-kecilan.

Hampir semua anak-anak binaanku merupakan anak-anak yang tidak seberuntung anak-anak yang lain. Untuk bisa sekolah mereka harus berjuang seberat itu, mereka butuh dirangkul, disayang dan dicintai.

Oya Bu bagaimana kalau hasil kerja kami, sebagian kami sisihkan untuk di tabung, kami titip uang kami di ibu agar nanti kalau mau bayar SPP atau keperluan lain kami tidak kesulitan." Salah satu dari mereka memberikan usulan yang tak terduga."

Ya Bu saya setuju."ucap Robi."

Dari pada uang hasil kerja keras kami setiap bulannya habis begitu saja mending kita tabung sama Bu guru." Sambung yang lainnya."

Akhirnya mulai saat itu anak-anak binaanku menitipkan sebagian hasil kerja mereka untuk ditabung, ketika pengumuman kelulusan, selain mendapatkan khabar gembira kelulusan, mereka juga sangat gembira karena hari ini aku akan membagikan uang hasil tabungan mereka.

Umeeekk..panggilan dari salah satu temanku membuyarkan lamunanku.

Eh ya ya." Ngelamun aja" katanya sambil menepuk pundak ku.

Ya ni, eh ini muridku dulu kataku sambil memperkenalkan Selamet, dia manager di hotel itu. Ucapku sambil menunjuk hotel yang berdiri megah tidak jauh dari kami.

Oya Selamet bagaimana khabar teman-temanmu yang lain?"

Tanyaku penasaran."

Alhamdulillah Bu rata-rata sukses semua."jawabnya."

Zulyadaeni Sekarang sudah memiliki bengkel lumayan besar di daerah Senggigi,  Rizal sekarang sudah menjadi guru sejarah, Tomi guru seni budaya, Faesal kerja di cafe, Fatih kerja di Arab sebagai imam masjid Bu. Kalau Robi saya kurang tahu khabarnya bagaimana.

Oya Bu kalau ibu mau bermalam di hotel silahkan bu gratis buat ibu.

Sebenarnya aku sangat senang dengan tawaran itu tapi aku juga tidak enak hati, aku menolaknya dengan halus.

Gak usah nak lain kali aja ya." Tolakku halus."

Kalau begitu saya pamit dulu ya Bu, ada tamu hotel yang harus saya urus, nanti saya mau menghubungi teman-teman agar membuat rencana reuni dengan ibu, InsyaAllah nanti reuninya di hotel ini."ucap Selamet sambil bersalaman mencium tanganku."

Ya nak ibu tunggu undangannya ya."ucapku terharu."

Siap ibu. " Ucap Selamet lagi."

Selamet berlalu dari hadapanku, setelah punggungnya tak nampak lagi, aku menyandarkan kepalaku di pohon kelapa yang berjejer indah di pinggir pantai.

Entah apa yang kurasakan saat ini, yang jelas perasaan bahagia menyelimuti jiwaku. Tidak ada yang lebih membahagiakan dan membanggakan dari seorang guru selain kesuksesan murid-muridnya.

Benar apa yang dikatakan oleh tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara" tugas kita sebagai pendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Anak-anakku sesungguhnya ada asa terpendam direlung hati terdalamku disetiap melihat tingkah lakumu dulu …

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TANYA TAK TERSELAMI


Mencoba tuk mengerti dan memahami

Atas pertanyaan yang tak mampu diselami

Mencoba bertanya pada semesta yang disinggahi

Kenapa mereka tak jua mau terinsafi

Entah berapa purnama terlalui

Bangunan ini masih saja seperti ini

Tak terjamah hanya sisa puing yang membanjiri

Karena kedurjanaan sang makhluk tak tahu diri

Wajah-wajah generasi bangsa kadang mengusik diri

Mata penuh pengharapan akan bangunan yang segera berdiri

Kadang tanya mereka membuat hati 

Tak mampu menahan diri tuk bersembunyi

Dari segala gundah yang menghampiri

Semangat dan tingkah lincah mereka

Mampu menaungi hati yang kadang dilanda

Panasnya mentari

Semangat kau dan aku tak jua terkelabui

Walau godaan rindangnya pohon merindui

Aku ada diantara mereka yang tanpa sadar terzolimi

Oleh ketidakpastian nasib di kemudian hari

Semoga semesta memihak kepada kami

Demi terwujudnya generasi sesuai mimpi

Agar kelak mampu berdiri

Walau di tengah keterbatasan yang dilalui


Mataram 

21 September 2022

Rabu, 21 September 2022

Hujan


Kumohon berhentilah sejenak

Airmu terlalu banyak tercurah

Membuat tubuhku kian layu terhimpit kedinginan

Hujan

Usaikanlah

Sejukmu sudah cukup kurasa

Aku menginginkan kehangatan

Agar tubuhku tak kusut oleh pelukan awan yang semakin kelam

Hujan

Berderailah dengan pelan

Jangan luapkan amarahmu dengan begitu menghentak

Di sekelilingku dibanjiri oleh curahan airmu

Membuatku terkungkung tak mampu tuk bergerak 

Hujan

Berlalulah sejenak saja

Hadirmu menghadirkan begitu banyak rindu

Hujan 

Menepilah walau sesaat

Hadirmu menghadirkan begitu banyak kesyahduan

Hujan

Ingatlah aku hanya ingin kau berlalu sesaat

Bukan selamanya

Karena aku kan selalu menghadirkan kehadiranmu

Karena kesejukanmu takkan pernah berhenti untuk kurindukan

Lombok Barat

21 September 2022

Selasa, 13 September 2022

Gelora Asmara




Kala gelora asmara yang dulu redup

membara kembali 

Hasrat menggebu bangkit lagi

Jiwaku dan jiwamu selalu bernyanyi

Mendendangkan lagu yang menghanyutkan hati

Wajahmu setiap saat membayangi 

Ingin selalu memeluk erat walau jarak menghakimi

Kita seolah hanyut dalam lautan rindu yang menggebu

Berpeluh desah mengiring kalbu

Hatiku bergetar indah bertalu-talu 

Setiap sapamu menerpa di telingaku

Andai semesta mempertemukan kamu dan aku

Betapa bahagianya hidupku

Rintangan dan hambatan pada cinta kita dulu

Takkan mampu memisahkan rasa yang kujaga untukmu selalu

Sayangku datanglah dan rengkuhlah aku

Kita berpacu dalam lautan rindu

Asmaraku dan asmaramu semoga bermekaran selalu

Doaku suatu saat kau dan aku kan menjadi satu


Lombok Barat 

14 September 2022

Senin, 12 September 2022

FASE HIDUP


Waktu itu saat pelantikan Pramuka, pada saat acara jurit malam di tengah malam buta aku memutuskan untuk ikut serta menemani para panitia sambil berjalan menyusuri jalan setapak menuju ke arah perbukitan.

Saat melewati pasar Gunungsari yang baru kami memutuskan untuk beristirahat sambil menunggu beberapa peserta yang masih tertinggal di belakang.

Aku terduduk di atas batu besar yang kebetulan berada di pinggir jalan, sayup-sayup terdengar suara jangkrik malam yang mampu mnemeriah suasana yang begitu sunyi karena kepekatan malam.

Cuaca yang mendung sejak pagi tadi membuat udara malam terasa dingin menusuk tulang putihku.

Suara azan berkumandang memanggil semesta untuk sholat tahajud terdengar begitu menyentuh di hati, ku pandangi pemandangan di depan mataku. Kondisi pasar yang masih sangat tradisional dan terlihat sampah yang berserakan tak menyurutkan mataku untuk menatapnya.

Sinar rembulan membantu menyinari suasana malam itu, di saat para panitia asyik bercanda sambil sesekali terdengar suara cekikan mereka aku justru asyik dengan dunia khayalku sendiri.

Ah aku tidak pernah menyangka akan ada di fase ini.

Dulu kehidupanku hanya berfokus untuk urusan rumah tangga, aku keluar hanya pada saat jam mengajar saja tidak ada satupun acara di luar mengajar yang bisa aku ikuti, pengembangan diripun tidak aku lakukan karena rasa ketaatan atas larangan sang imam waktu itu.

Tapi jujur semuanya tidak pernah kusesali, aku ingat dengan betul dulu ketika pasar Gunungsari belum berpindah ke sini setiap mengantar anakku yang sulung yang pada saat itu masih SD aku selalu mampir di pasar untuk sarapan.

Nasi dan lauknya sangat sederhana menggunakan daun pisang sebagai piring, Rasa nasi dan lauknya tiada bandingnya sampai sekarang, penjualnya merupakan seorang wanita tua yang walaupun tubuhnya sangat mungil tapi sangat cekatan dalam melayani para pembeli. Aku tidak pernah makan hanya sekali, aku selalu nambah setiap sarapan di sana dan ketika pulang tidak lupa aku bungkuskan untuk imamku karena kebetulan dia juga sangat menyukainya.

Setiap aku mendatangi lapaknya wanita tua dengan sangat ramah akan menyapaku, senyum khasnya masih aku ingat. Saat ini beliau sudah tiada, beliau meninggal tepat setelah 40 hari gempa melanda Lombok.

Gempa yang melanda Lombok bulan Agustus 2018 lalu mengubah seluruh perjalanan hidupku, dimulai dengan kepergian mertuaku saat mengungsi ke bukit bersamaku, kehilangan rumah bahkan kehilangan separuh jiwaku. 

Aku menjalani hidupku dalam kesedihan yang begitu mendalam, pengkhianatan janji suci, sikap tertutup keluarga besar imamku, kondisi pasca melahirkan dan berbagai tekanan hidup membuat tubuhku seperti terbungkus tulang belulang. Aku berada di fase yang cukup berat dalam hidupku kekuatanku saat itu hanya kedua anakku, hanya mereka berdua yang membuatku mampu menopang kakiku untuk terus berdiri.

Kepergian ibu mertuaku sangat menyayat batinku namun aku berusaha untuk mengikhlaskannya, aku selalu terkenang semua kebaikannya, bagaimana dia merawatku dari aku hamil sampai melahirkan.

Kehilangannya membuat luka yang dulu ada karena kehilangan bapak dan nenekku menganga kembali bahkan ini kurasakan lebih perih lagi karena dibarengi dengan pengkhianatan imamku.


Di saat rasa percaya diri mulai memudar, gairah hidup tak terpancar lagi aku kembali dihadapkan oleh sikap remeh dan merendahkan dari mereka-mereka yang merasa jauh lebih hebat dariku bahkan dari orang-orang sekitarnya. Aku memang mengakui bukanlah seorang yang memiliki kelebihan seperti mereka, sikap merendahkan mereka membuatku termotivasi untuk belajar dan memperbaiki diri. Aku mulai belajar semua hal, di saat rasa hancur itu mulai menyapa aku hempaskan dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif. Lambat laun aku mulai merasakan perubahan dalam diriku, kepercayaan diri yang dulu sempat menghilang mulai mendekap kembali dan keberuntungan sepertinya mulai berpihak padaku, dimulai pada tahun 2021 dengan kelulusan disemua tahap seleksi Calon Guru Penggerak, terpilih sebagai motivator Literasi se-Indonesia, menjadi narasumber di RRI serta terbitnya beberapa buku hasil karya sendiri. Pada saat yang bersamaan aku juga terpanggil untuk mengikuti PPG kegiatan yang sudah berpuluh-puluh aku nanti-nantikan.

Menjalani dua kegiatan berat sekaligus tentu bukan perkara mudah, ada banyak yang dikorbankan mulai dari waktu istirahat serta yang lain-lainnya.

Namun Alhamdulillah dengan tekad dan rasa tanggungjawab yang begitu besar aku berhasil menyelesaikan dua kegiatan itu pada bulan Desember 2021.

Bersambung 

Minggu, 11 September 2022

Praktikum Es Cream Tanpa Freezer


 Pada hari senin tanggal 5 september 2022 kami kelas XII MIPA melaksanakan praktikum sederhana


alhamdulillah semua berjalan lancar



TERSESAT

Cerita dikit perjalanan hari ini: Minggu-minggu ini vertigo ku suka kambuh, walau tidak separah dulu tapi tetap membuatku khawatir karena ...