Jumat, 13 Januari 2023

Mengubah Perangai tidak Terpujimu itulah Tujuanku

 

Aku hanya bisa menatap nanar ketika pertama kali mengunjungi sekolah yang akan aku tempati sebagai tempat mengajar yang baru.

Terhitung mulai hari ini aku mendapatkan SK mutasi dari sekolah sebelumnya, karena beberapa faktor aku memang harus pindah dari sekolah yang lama.

Pagi ini cuaca nampak mendung, sinar mentari pun belum mau menampakkan dirinya angin dingin sepoi-sepoi menyapa tubuh mungilku dinginnya terasa menusuk sendi-sendi tulangku

Aku menggigil kedinginan ku rekatkan tanganku agar rasa dingin itu sedikit berkurang.

Sekitar setengah jam perjalanan sampailah aku di sekolah

Sekolah ini terletak di pinggiran kota, Hanya nampak empat bangunan yang berdiri di sana aku mencoba bertanya di mana lokasi ruang guru pada seseorang yang kebetulan berpapasan denganku tapi jawaban yang aku dapatkan sedikit menyesakkan ternyata ruang guru tidak ada, karena keterbatasan ruangan, ruang guru dan ruang TU menjadi satu bahkan beberapa kali ruang guru dan TU digunakan oleh anak untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Aku hanya mengelus dada menerima kenyataan ini, kondisi ini tentu berbeda 180 derajat dengan kondisi sekolahku sebelumnya.

Bangunan sekolah yang megah dengan segala fasilitas yang ada, teman dan rekan sejawat yang sudah seperti keluarga membuatku tidak mudah menerima kondisi ini.

Hatiku berontak bahkan seringkali air mataku menangis memprotes kepada Tuhan mengapa kenyataan ini menimpa hidupku.

Waktu berjalan dengan begitu cepatnya, walaupun kondisi ini membuatku kurang nyaman karena harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman baru tapi untuk tugas mengajar aku tetap bersikap profesional apa yang aku lakukan di sekolah lama tidak ada bedanya dengan sekolah yang baru bahkan di sini aku harus lebih kreatif dalam pembelajaran karena kondisi dan karakteristik siswa yang sedikit berbeda dengan siswaku sebelumnya.

Waktu ternyata mampu mengubah kondisi hatiku, aku berusaha berdamai dengan keadaan yang kualami, jalan satu-satunya yang harus dilakukan agar hati menjadi tenang dan bahagia adalah senantiasa selalu bersyukur dengan ketetapan yang Allah berikan walau bagaimanapun kondisinya.

Ki Hajar mengibaratkan sawah itu ibarat sekolah, guru adalah petani dan murid adalah benih. Aku merasa fase yang kurasakan saat ini adalah aku memiliki sawah yang tandus dan bibit yang kurang unggul, namun aku sebagai guru yang diibaratkan seperti petani bertekad dan berusaha untuk memelihara dan memupuk sawah ini dan menyemai bibit-bibit yang ada dengan sebaik-baiknya agar mereka dapat tumbuh dengan subur sehingga menghasilkan tanaman yang berkualitas dan unggul.

Hari ini aku tidak ada jam mengajar, seperti biasa kalau tidak ada jam mengajar aku akan duduk santai di berugak sambil memandangi tingkah laku beberapa anak yang lalu lalang berkeliaran di luar kelas karena ada jam kosong, biasanya hal ini dikarenakan guru yang berhalangan hadir tidak memberikan tugas atau bahkan memang kondisi anak tersebut yang susah diatur.

Baru saja aku mau membuka layar hpku tiba-tiba tiga orang siswa mendekati tempat dudukku.

Hai ibu, ibu guru baru ya di sini."tanya mereka."

Ya nak ibu baru sebulan di sini."jawabku."

Kalian kelas berapa?."tanyaku."

Kelas X IPS Bu." Jawab mereka hampir serentak."

Nama kamu siapa."tanyaku kembali.”

Namaku Gentar, yang ini Alit sama Rama Bu."jawab salah satu anak yang ternyata bernama Gentar".

Mereka lalu bermain-main di depanku, suara mereka yang ribut cukup menggangguku

Bahkan beberapa kali mereka bertingkah menjengkelkan untuk menarik perhatianku.

Nak gak boleh begitu kurang sopan." Tegurku halus."

Hai Tegar kamu jangan begitu ibu marah itu." Tegur salah satu dari mereka.

Ya Ibu maaf." Jawab Tegar sambil mendekati dan mulai duduk di sebelahku."

Ibu sudah berapa lama menjadi guru."tanyanya tiba-tiba."

Ibu udah menjalani profesi sebagai seorang pendidik hampir 12 tahun nak."jawabku".

Wah hebat ibu udah lama sekali."jawabnya menimpali."

Kenapa nanya seperti itu nak ."tanyaku lagi."

Enggak ada Bu, Tegar hanya pengen tau aja.

Oya Bu dulu saya punya guru SD baik sekali."ujarnya tiba-tiba."

Dulu Tegar kan gak punya ayah saat Tegar masih kecil jadi kalau mau beli baju itu susah.

Omongan Tegar mulai menarik perhatianku, aku mulai konsentrasi mendengar ceritanya, aku baru ingat beberapa saat yang lalu ketika rapat sedang berlangsung ada anak bernama Tegar disebut-sebut suka membuat masalah di kelas dan jarang masuk.

Ternyata ini anaknya.

Oya Tegar gimana, maksud kamu ayahmu sudah meninggal?." Tanyaku sambil memandangi wajahnya dengan penuh perhatian."

Ya Bu ayah saya meninggal pada saat saya masih duduk di bangku kelas IV SD, ayah saya di begal saat perjalanan pulang mengambil uang dari bank.

Uang itu sendiri merupakan uang hasil penjualan tanah paman saya Bu.

Leher kepala ayah saya waktu itu hampir putus akibat tebasan senjata tajam para pembegal itu.

Nampak mata Tegar mulai berkaca-kaca ketika mulai menceritakan peristiwa kelam masa kecilnya, sementara aku semakin berkonsentrasi dan mulai terbawa perasaan mendengar kisah hidupnya.

Saat itu ayah masih bisa bertahan hidup dan sempat di bawa ke rumah sakit, namun baru dua hari dirawat di rumah sakit nyawa ayah saya tidak bisa tertolong lagi. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di saat saya masih membutuhkan kasih sayangnya,

Mendapati musibah seperti itu ibu saya syok Bu, berbulan-bulan dia mengurung diri dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya berjualan kue buatan tetangga dengan keuntungan tidak seberapa.

Saya ingat Bu saat saya SD kelas VI baju saya sudah tidak layak pakai Bu dan ada seorang guru yang membelikan saya pakaian seragam dan pakaian buat bermain saya sangat senang waktu itu.

Sekarang ibumu di mana nak."tanyaku."

Ibu sekarang sudah menikah dan tinggal bersama suami barunya dan saya sekarang tinggal sama nenek saya yang sudah renta, saya kadang gak bisa masuk sekolah karena harus kerja bu kalau saya gak kerja maka saya dan nenek saya gak makan, sebenarnya saya ingin seperti anak-anak yang lain masuk dan belajar setiap hari tanpa harus memikirkan kebutuhan hidup tapi apa daya kondisi saya yang mengharuskan saya bekerja dengan waktu yang tidak tentu membuat saya kadang terpaksa beberapa kali tidak masuk.

Dia mulai menunduk, aku liat matanya mulai memerah menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Aku kemudian menghampirinya, ada rasa sesak juga dalam hatiku ketika harus menyadari di usia semuda ini dia harus menanggung beban hidup yang tidak mudah.

Tegar apapun kondisi yang kamu alami saat ini jangan pernah membuat semangat belajarmu hilang ya, jadikan semua sebagai motivasi agar kamu lebih giat lagi dalam belajar dan berdoa agar masa depanmu bisa lebih baik lagi.

Jalani setiap proses yang ada, semua kejadian yang menimpa hidup kita pasti akan ada hikmahnya.

Aku berusaha menasehati sambil ku tepuk-tepuk pundaknya.

Ya bu, terima kasih ibu mau mendengarkan kisah saya.

Ya nak, sekarang ajak temanmu masuk kelas kembali gak boleh berkeliaran di luar kelas pada saat jam pembelajaran berlangsung.

Ya bu kalau begitu kami balik ke kelas ya.’’Ujar mereka bertiga hampir serentak.”

            Detik demi detik berlalu, haripun berganti bulan pun bergantian mengikis waktu yang senantiasa beranjak tanpa mampu kutahan untuk berlalu, tidak terasa hampir satu tahun aku mengajar di sini berlahan dan pasti aku mulai memahami karakter sebagian  besar siswa yang ada di sini.

Ada beberapa hal yang membuatku tidak tenang dan menjadi beban fikiranku selama ini salah satunya adalah kebiasaan sebagian besar anak-anak mengeluarkan kata-kata kotor dan bersikap kurang sopan terhadap guru, fenomena ini banyak kutemukan di kelas X, kelas XI IPS dan XII IPS. Kata-kata kotor sepertinya bukan hal yang tabu keluar dari mulut mereka walau itu di depan guru sekalipun.

Membuat gaduh di dalam kelas, tidak mengumpulkan tugas serta jarang masuk sekolah tanpa keterangan juga menjadi PR besar bagi kami para guru yang ada di sekolah. Berbagai usaha dilakukan agar perilaku-perilaku kurang terpuji ini bisa teratasi. Jika ditelisik lebih lanjut factor lingkungan keluarga merupakan factor yang sangat mempengaruhi perilaku anak-anak di sekolah, hampir 85% anak yang bersekolah di sini merupakan anak yang broken home.

Ibu saya izin lagi hari ini tidak bisa ke sekolah tidak ada yang mau mengantar saya. Ini adalah chat yang kesekian kali dari Dewi Sartika salah satu siswa binaanku.

Selama ini siapa yang biasa mengantarmu ke sekolah?.”tanyaku.”

Paman bu, tapi sekarang paman saya gak bisa mengantar lagi karena pagi-pagi sekali dia sudah di pasar.”jawab Dewi.”

Bapak ibumu mana?”tanyaku lagi.”

Ibu bapak saya sudah bercerai bu, sekarang ibu saya pergi ke NTT sementara bapak saya gak mau mengurus saya, saya tinggal bersama nenek.

Bu hari ini Gumelar masuk gak?

Tiba-tiba ada chat lagi yang masuk ternyata itu adalah chat dari kakak salah seorang siswa binaanku.

Gumelar sudah tidak masuk tiga hari berturut-turut bu setelah saya tanya alasannya ternyata dia terlambat bangun karena tidak ada yang membangunkan.

Ya bu saya atas nama kakak Gumelar meminta maaf, Gumelar kurang perhatian ibunya sudah meninggal sementara bapaknya pagi-pagi buta sudah ke pasar untuk bekerja menjadi tukang parkir.

            Suatu hari saat jam keluar main aku sengaja tidak memamfaatkan jam keluar main untuk istirahat karena setelah bel masuk jam mengajarku masih berlanjut di sini aku merasa enggan untuk beranjak dan memilih bercengkrama dengan anak-anak yang kebetulan tidak mau ke luar kelas untuk bermain.

Ada Nabil, Yudha, Dian, Lista yang Nampak asyik bercanda di depanku. Hanya Yudha yang terus-menerus menatapku tanpa henti.

Yudha kenapa menatap ibu seperti itu.”tanyaku.”

A a anu bu.”Jawab Yudha terbata-bata karena kaget.”

Anu bu kalua melihat ibu saya seperti melihat ibu saya.”jawabnya.”

Wah masa? Emang ibu mirip ya? Tanyaku

Ya bu mirip sekali. Jawabnya

Ibu jadi penasaran pengen ketemu ibu kamu, masa sih ibu ada kembaran. “Jawabku bercanda”

Ibu saya sudah meninggal bu dari saya masih kelas dua SMP.”Jawab Yudha tertunduk.”

Innalillahi wainnailahi Rojiuun, Ibu minta maaf ya ibu tidak tahu. Tiba-tiba rasa terharu menyelimuti sukmaku.

Kalau bapakmu bagaimana?

Bapak masih ada bu.”jawabnya.”

Bapakmu udah nikah lagi.”belum bu.”

Lalu yang mengurus kamu dan adik-adikmu di saat bapakmu bekerja siapa?.Tanyaku.”

Gak ada bu.”jawabnya.”

Anggi, Devina, Yogi, Aditya, Kadek, Farel, Maya dan beberapa siswa binaanku yang lain merupakan anak yang broken home juga. Perilaku-perilaku yang kurang terpuji sedikit tidak terbentuk dari kondisi keluarga, kurang perhatian dan pengaruh lingkungan tempat mereka tinggal.

Langkah selanjutnya yang kulakukan untuk mengatasi hal ini adalah menemui guru agama dan menawarkan kolaborasi untuk membuat program terkait bagaimana mengatasi perilaku anak yang sudah memprihatinkan terutama yang berkaitan dengan seringnya sebagian anak mengeluarkan kata-kata kotor di depan umum dan keterbatasan kemampuan beberapa anak dalam menguasai teknik membaca alqur’an. Program ini aku namakan “Bengkel akhlak dan Klinik Alqur’an” nama ini sendiri keluar setelah aku dan guru agama yang bernama pak Rahmat berdiskusi beberapa kali.

Fokus dari program ini adalah pembentukan dan perbaikan akhlak siswa, dalam program bengkel akhlak anak-anak yang sering mengeluarkan kata-kata kotor akan dibina dua kali dalam seminggu yakni hari senin setelah upacara bendera dan hari jumat setelah kegiatan imtaq.

Model pembinaannya adalah dengan membiasakan anak mengeluarkan kata-kata baik, aku yakin kata-kata kotor yang sering keluar dari mulut mereka tanpa peduli dengan siapa mereka berhadapan adalah akibat dari kebiasaan yang mereka lakukan di sekolah, oleh sebab itu kami berupaya mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan tersebut dengan pembiasaan. Untuk yang beragama muslim model pembinaannya adalah secara serentak mereka melafazkan istigfar selama 55 kali dan bersholawat, kegiatan ini berlangsung selama 15 menit dan untuk yang beragama Hindu menyesuaikan dan dibimbing juga oleh guru agama Hindu. Selain pembiasaan melafazkan kata-kata baik, model pembinaan yang lain untuk yang muslim adalah melaksanakan kegiatan sholat berjamaah bersama di jam siang dan sholat sunat Duha setelah imtaq.

Sementara untuk program lain yakni bengkel alqur’an model pembinaannya adalah mengelompokkan anak menjadi tiga kategori yaitu anak yang belum bisa membaca alqur’an, anak yang bisa membaca alqur’an tapi belum lancar dan anak yang sudah mahir membaca alqur’an. Model pelaksanaannya pun menggunakan tutor sebaya, selain melibatkan guru agama dalam program ini wali kelas juga dilibatkan.

Untuk anak yang sudah mahir membaca alqur’an bertugas membimbing teman-teman mereka yang belum bisa dan yang belum lancar membaca alquran sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru berdasarkan kriteria yanga ada. Wali kelas juga bisa berperan aktif dalam kegiatan ini dengan cara ikut memantau perkembangan capaian dari setiap anak.

Kegiatan ini sampai saat ini masih berlangsung dan memberikan dampak yang sangat positif dalam memperbaiki perilaku anak.

            Selain program yang fokus pada pembentukan karakter aku juga menyusun program literasi dengan memamfaatkan media blog, model kegiatannya adalah setiap jam ke 0 selama 30 menit anak-anak mengadakan kegiatan literasi, 10 menit membaca alqur’an dan 20 menit sisanya adalah melaksanakan kegiatan literasi bahan bacaan. Model kegiatannya adalah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok anggotanya berjumlah tiga orang yang terdiri dari siswa A, siswa B dan siswa C. Pada malam hari aku selaku guru mengirim materi ke group kelas yang sudah ku buat dengan materi yang berbeda untuk setiap kelompok siswa. Pada saat kegiatan literasi berlangsung anak-anak akan duduk sesuai kelompok masing-masing kemudian siswa A B dan siswa C secara bergantian menceritakan bacaan yang dibaca semalam. Adapun materi yang dikirim bisa berupa materi pelajaran bisa juga bacaan umum yang menginspirasi.

Selain membiasakan anak membaca kegiatan, ini juga mengandung nilai-nilai yang harus diperhatikan yaitu:

1.     Nilai kedisiplinan dengan cara siswa harus sudah berada di kelas sebelum gurunya masuk.

2.     Nilai kebersihan dgn cara kelas harus sudah bersih/rapi sebelum gurunya masuk.

3.      Nilai religius dengan cara berdoa dan memberi salam sebelum pembelajaran dimulai.  

4.      Belajar mengisi janji dengan cara membaca materi yang diberikan oleh guru mapel sehari/beberapa hari sebelumnya.                      

5.     Belajar bertanggungjawab jawab dengan cara apa yang diceritakan/dipresentasikan harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.   

6.     Menghargai orang lain dengan cara mendengarkan apabila guru atau teman bercerita/presentasi (tidak menginterupsi, berbicara dengan orang lain, dsb) dan meminta ijin apabila keluar kelas.     

7.     Keihklasan/legowo menerima kebenaran baru apabila argumennya bisa dipatahkan oleh teman lain. 

8.     Berbaik sangka dengan cara tidak meremehkan orang lain.   

9.     Kejujuran dgn cara apa bila tidak masuk memang alasannya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya (surat ijin ttd orang tua, sakit beneran). Tidak mencontek kalau ulangan. 

10.  Nilai kerjasama dengan cara semua aktif/berpartisipasi dalam tugas kelompok.   

Program ini aku adopsi dari program sekolah lama tempat dulu aku mengajar hanya berbeda  pada pemamfaatan media, kalau pada sekolah sebelumnya tidak ada pemamfaatan media blog di pelaksanaan kegiatan tapi dalam program yang ku rancang setiap siswa harus menuangkan isi bacaan dan hasil kegiatan literasi dalam blog masing-masing.

            Blog ini juga nantinya bisa dimamfaatkan oleh siswa untuk refleksi dan mengumpulkan tugas-tugas lain, baik guru dan siswa bisa secara langsung mengomentari isi blog masing-masing secara bergantian.

Kerjasama dari semua ekosistem sekolah terutama dukungan dari kepala sekolah sangat membantu dalam upaya suksesnya semua program yang sudah dilaksanakan. Evaluasi dan monitoring juga harus secara kontinu dilakukan agar segala kekurangan pada pelaksanaan program dapat diperbaiki dalam kegiatan selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

BIOGRAFI PENULIS

Sumiati adalah seorang wanita yang lahir dari keluarga sederhana, tepatnya di Desa Kilang, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur pada tanggal 25 Mei 1983.  Ketika usianya masih belia Dia memutuskan mondok di sebuah pondok pesantren yang ada diwilayah Lombok Tengah, tepatnya di Pondok Pesantren At-tohiriyyah Al-fadhiliah Bodak.  Suasana pondok yang begitu damai dan menenangkan membuat dia lebih mudah mendapatkan inspirasi dalam menghadirkan suatu karya.

      Sumiati, S.Pd. Seorang wanita yang berprofesi sebagai pengajar di sebuah sekolah negeri tepatnya di SMAN 11 Mataram ini memiliki hobi yang cukup banyak. Pecinta musik, membaca bahkan traveling merupakan hobi yang sangat dia senangi. Wanita yang juga berprofesi sebagai pebisnis dan pernah terpilih sebagai agen terbaik oleh perusahaan Alhally Corporation dan pernah terpilih sebagai resseler terbaik dengan penjualan terbanyak tahun 2021 oleh Perusahaan Rumah Faiqa Mataram sebenarnya sudah menyenangi dunia tulis-menulis dari kecil, segala sesuatu yang dia lakukan selalu dia tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Sampai saat ini dia sudah menuangkan Sembilan karyanya pada buku Antologi yang berjudul,

"Arunika dan Benara, Guru Pembelajar Sekolah Perjumpaan, Aku dan Anakku, Sepenggal Cerita Menjadi  Seorang Wali Kelas, Gairah Menulis Puisi Nusantara, Jejak Guru Penggerak dari Bumi Patuh Patut Patju, Aku dan Pondok Pesantren, Mahakarya Buat Anies dan Aku Mencintaimu bukan Karena Cinta” . Selain sembilan buah buku antologi dia sudah menghasilkan satu buah buku solo yang berjudul “Getar Dawai Hati di Ujung Senja.”

“Lakukan hal-hal Positif di setiap hembusan napasmu” merupakan motto dalam Hidupnya. Lebih jelasnya, silahkan kunjungi blog pribadinya:

Ttp://ulasantakdir.blogspot.com atau facebook Ummie Ethica

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERSESAT

Cerita dikit perjalanan hari ini: Minggu-minggu ini vertigo ku suka kambuh, walau tidak separah dulu tapi tetap membuatku khawatir karena ...