Rabu, 11 Januari 2023

TIDAK SETEGAR NAMAMU

 


Aku hanya bisa menatap nanar ketika pertama kali mengunjungi sekolah yang akan aku tempati sebagai tempat mengajar yang baru.

Terhitung mulai hari ini aku mendapatkan SK mutasi dari sekolah sebelumnya, karena beberapa faktor aku memang harus pindah dari sekolah yang lama.

Pagi ini cuaca nampak mendung, sinar mentari pun belum mau menampakkan dirinya angin dingin sepoi-sepoi menyapa tubuh mungilku dinginnya terasa menusuk sendi-sendi tulangku

Aku menggigil kedinginan ku rekatkan tanganku agar rasa dingin itu sedikit berkurang.

Sekitar setengah jam perjalanan sampailah aku di sekolah

Sekolah ini terletak di pinggiran kota, Hanya nampak empat bangunan yang berdiri di sana aku mencoba bertanya di mana lokasi ruang guru pada seseorang yang kebetulan berpapasan denganku tapi jawaban yang aku dapatkan sedikit menyesakkan ternyata ruang guru tidak ada, karena keterbatasan ruangan ruang guru dan ruang TU menjadi satu bahkan sesekali ruang guru dan TU sering digunakan oleh anak untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Aku hanya mengelus dada menerima kenyataan ini, kondisi ini tentu berbeda 180 derajat dengan kondisi sekolahku sebelumnya

Bangunan sekolah yang megah dengan segala fasilitas yang ada, teman dan rekan sejawat yang sudah seperti keluarga membuatku tidak mudah menerima kondisi ini.

Hatiku berontak bahkan seringkali air mataku menangis memprotes kepada Tuhan mengapa kenyataan ini menimpa hidupku.

Waktu berjalan dengan begitu cepatnya, walaupun kondisi ini membuatku kurang nyaman karena harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman baru tapi untuk tugas mengajar aku tetap bersikap profesional apa yang aku lakukan di sekolah lama tidak ada bedanya dengan sekolah yang baru bahkan di sini aku harus lebih kreatif dalam pembelajaran karena kondisi dan karakteristik siswa yang sedikit berbeda dengan siswaku sebelumnya.

Waktu ternyata mampu mengubah kondisi hatiku, aku berusaha berdamai dengan keadaan yang kualami jalan satu-satunya yang harus dilakukan agar hati menjadi tenang dan bahagia adalah senantiasa selalu bersyukur dengan ketetapan yang Allah berikan walau bagaimanapun kondisinya.

Ki Hajar mengibaratkan sawah itu ibarat sekolah, guru adalah petani dan murid adalah benih.

Aku merasa fase yang kurasakan saat ini adalah aku memiliki sawah yang tandus dan bibit yang kurang unggul

Namun aku bertekad memelihara dan memupuk sawah ini agar menjadi subur dan memelihara bibit-bibit yang ada dengan sebaik-baiknya agar mereka dapat tumbuh dengan subur sehingga menghasilkan tanaman yang berkualitas dan unggul.

Hari ini aku tidak ada jam mengajar, seperti biasa kalau tidak ada jam mengajar aku akan duduk santai di berugak sambil memandangi tingkah laku anak yang terkadang tidak belajar karena ada jam kosong.

Baru saja aku mau membuka layar hpku tiba-tiba tiga orang siswa mendekati tempat didukku.

Hai ibu, ibu guru baru ya di sini."tanya mereka."

Ya nak ibu baru sebulan di sini."jawabku."

Kalian kelas berapa?."tanyaku."

Kelas X IPS Bu." Jawab mereka hampir serentak."

Nama kamu siapa."tanyaku 

Namaku Gentar, yang ini Alit sama Rama Bu."jawab salah satu anak yang ternyata bernama Gentar".

Mereka lalu bermain-main di depanku, suara mereka yang ribut cukup menggangguku

Bahkan beberapa kali mereka bertingkah menjengkelkan untuk menarik perhatianku.

Nak gak boleh begitu kurang sopan." Tegurku halus."

Hai Tegar kamu jangan begitu ibu marah itu." Tegur salah satu dari mereka.

Ya Ibu maaf." Jawab Tegar sambil mendekati dan mulai duduk di sebelahku."

Ibu sudah berapa lama menjadi guru."tanyanya tiba-tiba."

Ibu udah menjalani profesi sebagai seorang pendidik hampir 12 tahun nak."jawabku".

Wah hebat ibu udah lama sekali."jawabnya menimpali."

Kenapa nanya itu nak ."mataku."

Enggak ada Bu, Tegar hanya pengen tau aja.

Oya Bu dulu saya punya guru SD baik sekali."ujarnya tiba-tiba."

Dulu Tegar kan gak punya ayah saat Tegar masih kecil jadi kalau mau beli baju itu susah.

Aku mulai konsentrasi mendengar ceritanya, aku baru ingat beberapa saat yang lalu ketika rapat sedang berlangsung ada anak bernama Tegar disebut-sebut suka membuat masalah di kelas dan jarang masuk.

Ternyata ini anaknya.

Oya Tegar gimana, maksud kamu ayahmu sudah meninggal?." Tanyaku sambil memandangi wajahnya dengan penuh perhatian."

Ya Bu ayah saya meninggal pada saat saya masih duduk di bangku kelas IV SD, ayah saya di begal saat perjalanan pulang mengambil uang dari bank.

Uang itu sendiri merupakan uang hasil penjualan tanah pamab saya Bu.

Leher kepala ayah saya waktu itu hampir putus akibat tebasan senjata tajam para pembegal itu.

Nampak mata Tegar mulai berkaca-kaca ketika mulai menceritakan peristiwa kelam masa kecilnya.

Sementara aku semakin berkonsentrasi dan mulai terbawa perasaan mendengar kisah hidupnya.

Saat itu ayah masih bisa bertahan hidup dan sempat di bawa ke rumah sakit, namun baru dua hari dirawat di rumah sakit nyawa ayah saya tidak bisa tertolong lagi. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di saat saya masih membutuhkan kasih sayangnya,

Mendapati musibah seperti itu ibu saya syok Bu, berbulan-bulan dia mengurung diri dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya berjualan kue buatan tetangga dengan keuntungan tidak seberapa.

Saya ingat Bu saat saya SD kelas VI baju saya sudah tidak layak pakai Bu dan ada seorang guru yang membelikan saya pakaian seragam dan pakaian buat bermain saya sangat senang waktu itu.

Sekarang ibumu di mana nak."tanyaku."

Ibu sekarang sudah menikah dan tinggal bersama suami barunya dan saya sekarang sama nenek saya yang sudah renta.

Bu sebenarnya saya ingin seperti anak-anak yang lain masuk dan belajar setiap hari tanpa harus memikirkan kebutuhan hidup tapi apa daya kondisi saya yang mengharuskan saya bekerja dengan waktu yang tidak tentu membuat saya kadang terpaksa beberapa kali tidak masuk.

Dia mulai menunduk, aku liat matanya mulai memerah menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Aku kemudian menghampirinya,

Tegar apapun kondisi yang kamu alami saat ini jangan pernah membuat semangat belajarmu hilang, jadikan semua sebagai motivasi agar kamu lebih giat lagi dalam belajar dan berdoa agar masa depanmu bisa lebih baik lagi.

Jalani setiap proses yang ada, semua kejadian yang menimpa hidup kita pasti akan ada hikmahnya.

Aku berusaha menasehati sambil ku tepuk-tepuk pundaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERSESAT

Cerita dikit perjalanan hari ini: Minggu-minggu ini vertigo ku suka kambuh, walau tidak separah dulu tapi tetap membuatku khawatir karena ...