Sabtu, 02 April 2022
Marhaban Ya Ramadhan
Puisi Judul : Marhaban Ya Ramadhan
Penulis: Ummie
Aroma sejukmu mulai terasa
Keheninganmu menyejukkan kalbu
Jiwa yang selama ini berlumut
Terendam dosa yang berkabut
Berharap hanyut tersapu arus
Oleh ampunan yang penuh rahmat
Kehadiranmu anugrah terindah
Pelipur rindu yang membuncah
Engkau dinanti seluruh insan beriman di dunia
Keutamaanmu mengguncang semesta
Setiap engkau datang
Semesta seolah berseloroh riuh mengagungkanmu
Engkau ku rindu sepanjang masa
Karena cinta yang terpatri abadi di jiwa
Engkau mampu mendatangkan tawa
Sekaligus isak tangis menahan haru biru
Langkah-langkah kaki penuh semangat
Menuju masjid tuk bersujud bersama
Lantunan ayat-ayat Suci Alqur'an
Senantiasa ingin ku dendangkan
Menemami hembusan nafas yang menghujam
Ku ingin selalu bercengkrama sepanjang malam
Dengan Firman Tuhan yang mendamaikan
Karena ku ingin sucikan hati tingkatkan iman
Memuliakan bulan suci yang penuh ampunan
Marhaban Ya Ramadhan
Izinkanku menyelami setiap keutamaanmu
Izinkanku selalu menjumpaimu
Engkau raja semua bulan
Semoga tahun depan semua akan berulang
Puncang Hijau
2 April 2022
Sabtu, 12 Maret 2022
MATERI KIMIA KELAS XI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS
ENDAPAN KEBENCIAN
Ketika ku sukar larut dalam sikapmu
Ku coba ionkan sebagian sikapku
Agar ku mampu ikuti keinginanmu
Tepiskan selisih faham di masa lalu
Kasihku ...
Ku coba naikkan kelarutan jiwaku
Tuk dapat beriring sejalan denganmu
Hingga mampu arungi bahagia bersamamu
Namun kau telah salah faham padaku
Ku alihkan sebagian jiwaku tuk menjauhimu
Bukan lantaran ku tak sayang padamu
Tapi tuk endapkan kebencian hatiku
Bagiku kaulah segalanya
Meski tempramenmu kadang semena-mena
Namun kasih sayangmu tiada tara
Hingga larutkan kesabaran di dada
Andai hadir ion senama padamu
Kau mampu tepiskan ditepian hatimu
Tak goyahkan ketetapan cintamu
Kikiskan endapan kebencian dikalbuku
CERPEN
Bila Rasaku Ini Rasamu
“Menjalani cinta yang bertepuk sebelah tangan itu memang berat. Namun, semua tak semenyakitkan, jika kita dihianati orang yang kita cintai dengan sepenuh hati.”
Mia, melabuhkan cinta pada seorang pria yang delapan tahun lebih muda darinya. Ia memang bucin. Mia, wanita mapan,dan juga cantik. Mia berprofesi sebagai seorang guru sekaligus pebisnis, Ia mengenal Wisnu, saat tak sengaja dipertemukan dalam sebuah kegiatan Lokakarya yang diadakan di sebuah hotel yang terkenal di Wilayah Senggigi Lombok Barat. Mereka memang memiliki hobi yang sama. Suka membaca. Diusia yang tak lagi muda, mendapatkan seorang pria yang memiliki hobi yang sama, membuat perasaan Mia membuncah.
Mia, terkenal dengan sebutan wanita multalenta dan pekerja keras yang ulung. Tempaan dan ujian hidup yang bertubi-tubi menimpa hidupnya menyebabkan dia tumbuh menjadi seorang wanita yang kuat dan mandiri. Setiap hari ia hanya fokus pada kerjaannya saja. Hingga, tanpa sadar, usianya tak lagi muda. Setelah pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya yang mengakibatkan terjadinya perpisahan diantara keduanya tak pernah sedikitpun Mia membuka pintu hatinya untuk semua pria yang berusaha mendekatinya, Hatinya telat tertutup dan membeku, seperti ada luka dan rasa trauma yang membekas dihidupnya. Semua laki-laki yang mendekatinya dia jauhi. Hingga, suatu hari. Saat Mia melangkahkan kaki ke sebuah tempat, tempat yang biasa digunakan untuk kegiatan lokakarya Guru penggerak dan tanpa sengaja bertemu dengan seorang pria yang berwajah manis dan ramah.
Saat itu tanpa sengaja Mia dan Wisnu dipertemukan dalam satu kelompok, mereka berdiskusi dan mengerjakan semua tugas bersama-sama dan tanpa Mia sadari ada rasa indah yang muncul dalam hatinya yang selama ini terdiam membisu tanpa makna.
Wisnu adalah seorang guru honorer di sebuah SMP yang ada di Wilayah Lombok Barat tepatnya di SMPN 1 Gerung. Dia guru Bahasa Indonesia yang kesehariannya juga menggeluti bisnis kuliner, selain mahir berbisnis Wisnu juga terampil dalam meracik kopi sehingga bisnis kulinernya semakin berkembang. Hubungan mereka berjalan dengan harmonis. Mia, sangat mencintainya. Segala perhatian, kasih sayang, ia curahkan pada Wisnu. Ia tak muda lagi, bukan seorang kekasih yang ia cari. Di hari libur, mereka menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, toko buku yang jadi tujuan mereka. Terkadang, mereka menghabiskan waktu di cafe-cafe, sambil membahas buku yang mereka baca.
Suatu hari, Wisnu mendapat tugas dari Dinas ke Luar kota Mewawancarai seorang pelaku usaha. Wisnu, bersama teman satu tim memilih hotel sebagai tempat usaha. Mereka di rekomendasikan oleh pihak HRD hotel, pada seorang manager pemasaran. Pertemuan yang tak disengaja terjadi. Ternyata, sang manager, adalah kakak tingkat Wisnu sewaktu kuliah di sebuah universitas ternama di Lombok. Erni, ketua HMI di angkatannya. Siapa yang tak mengenal, wanita cantik, cerdas, serta lincah di kampus mereka. Impian semua Pria untuk menjadi kekasihnya.
Pertemuan yang sering terjadi, karena tugas dari dinas. Membuat Wisnu semakin dekat dengan Erni. Perhatian kecil dari Erni mulai menggoyahkan hati dan perasaan Wisnu pada Mia. Mia dan Wisnu memang belum berkomitmen untuk lebih serius ke jenjang pernikahan. Mia yang terlalu serius, kaku, juga kurang romantis, membuat Wisnu mulai bosan.
“Wisnu, aku jatuh cinta padamu, sejak pertama kali berjumpa denganmu. Aku tertarik dengan jiwa pekerja kerasmu, kamu laki-laki hebat,” ungkap Erni, saat mereka sedang makan siang di sebuah rumah makan tak jauh dari tempat tinggal Erni.
Wisnu yang mulai nyaman, berada di dekat Erni, tentu saja bahagia mendengar pinta Erni.
“Aku akan mendatangi rumahmu, aku akan memintamu pada kedua orang tuamu,” jawab Wisnu.
Tak membutuhkan waktu lama. Tanpa pemberitahuan kepada Mia. Proses pernikahan mereka terjadi dalam waktu singkat. Kini, sepasang pengantin sedang berada di pelaminan. Tampak wajah bahagia keduanya.
Hari itu saat Mia tengah disibukkan oleh rutinitas pekerjaannya, sambil memendam rindu yang begitu mendalam Mia berujar." akhir-akhir ini kenapa Wisnu seperti menghindariku, sudah jarang memberikan khabar ditelefon juga jarang diangkat".
Selang beberapa saat kemudian tiba-tiba ada pesan masuk di ponselnya, Mia begitu bahagia begitu mengetahui pesan itu ternyata dari Wisnu, dengan perasaan tidak sabar dia membuka aplikasi hijau itu.
Bagai petir di siang bolong, hati Mia seperti tercabik-cabik mulutnya terdiam tanpa mampu mengucap kata, bibiŕnya tercekat, tangannya gemetar. Dia berharap ini hanya mimpi tapi pada kenyataannya ini adalah nyata. Di dalam pesan itu terpampang nyata sebuah nama yang selama ini amat dia rindukan, Mia mencoba membaca pesan itu sekali lagi dan memang ini nyata, pesan itu merupakan undangan pernikahan dari Wisnu dengan seorang wanita bernama Erni.
Mia tertunduk lemas, air matanya tumpah ruah, setumpuk pekerjaan di depan mata sudah tak bergairah lagi dipegangnya. Dunianya seperti gelap kembali, denting-denting dawai hatinya berdendang pilu menyayat hati.
Di hari itu, matahari seperti enggan menampakkan sinarnya, awan-awan hitam bergelayut manja tak mau beranjak. Rintik-rintik air hujan sepertinya sudah tak sabar membasahi bumi.
Mia melangkahkan kakinya dengan gontai, dia berusaha tegar ditengah riuhnya suasana pesta pengantin. Sambil membawa kado ditangannya Mia memasuki arena pesta. Suara penyanyi yang menghibur para tamu undangan semakin memekikkan telinga. Mia menghampiri penyanyi kemudian meminta pemusik untuk menggantikan lagunya.
Mia lalu menyanyikan sebuah lagu dari Kerispatih, suara Mia yang begitu menyayat menarik perhatian semua undangan. Sementara itu, wajah Wisnu pucat pasi entah apa yang dirasakannya saat itu yang jelas perasaan bersalah menguasai seluruh jiwanya.
“Aku memang terlanjur mencintaimu, dan tak pernah kusesali itu. Seluruh jiwa telah kuserahkan. Menggenggam janji setiaku. Ku mohon, jangan jadikan semua ini, alasan kau menyakitiku. Meskipun cintamu tak hanya untukku. Tapi, cobalah sejenak mengerti,” ungkap Mia dihadapan sepasang pengantin.
Hatinya begitu sakit. Ia yang terlalu cinta dan setia pada Wisnu. Tanpa pemberitahuan, tanpa kabar berita. Tiba-tiba kekasihnya telah menjadi suami orang.
“Bila rasaku ini rasamu, sanggupkah engkau menahan sakitnya terhianati cinta yang kau jaga. Coba bayangkan kembali, betapa hancurnya hatiku Wisnu. Namun, semua telah terjadi, dan tak akan dapat diputar ulang kembali. Terima kasih telah memberiku rasa sakit dan kecewa. Terima kasih, telah hadir dalam hidupku, walau sekejap. Semoga engkau berbahagia dengan pilihanmu. Selamat tinggal.”
Tanpa memberi selamat kepada kedua mempelai. Mia meninggalkan lokasi pesta. Wisnu, belum sempat meminta maaf, Mia telah menghilang di hadapannya. Ia sadar, kekecewaan Mia begitu besar. Selama ini hanya Mia yang selalu mengucap cinta. Wisnu masih mendalami hatinya. Ia hanya merasa nyaman, tapi, cinta tak pernah tumbuh di hatinya.
Minggu, 27 Februari 2022
KETIKA CINTAKU TERSEKAT DI UJUNG SENJA
Ketika cintaku tersekat
diujung senja
Aku hanya mampu terkulai lemah
ditengah riuhnya deru ombakTertundukku menatap gundukan pasir yang semakin menggunung
Kuurai butirannya
Membentuk nama indahmu
Hingga semilir angin itu
Datang menyapu semua
Tak bersisa
Ku ayunkan langkah menyusuri
indahnya pantai tak berujung
Mengharap indahnya senja itu
Kan datang menyapaku lagi
Menawarkan keindahan warna jingga yang menawan hati
Menghadirkan senyum ceriaku kembali
Aku kan selalu menantimu di penghujung senja
Sampai tiba saatnya senja itu
Tak menawarkan sinar keindahan lagi
kan ku urai butiran pasir itu kembali
Hingga nama indahmu
terpatri abadi dihati
Ummie
18 Desember 2021
Rabu, 23 Februari 2022
Sepi
SEPI
Ah
Mengapa sepi seketika merayap di jiwa
Tatkala menyadari kau sudah tiada
Senyumku meredup seketika
Tatkala tahu kau sedang tidak baik-baik saja
Gairahku terasa lemah seketika
Tatkala tau bayangmu kan menghilang tak bersisa
Tuhan
Jagalah dia yang kucinta
Walau tanganku tak mampu meraih cinta dan raganya
Namun ...
Ku ingin dia senantiasa berbahagia
Aruna Senggigi
22 Februari 2022
15.00 WITA
Malam
MALAM
Hai malamKau tahu
Sejujurnya aku selalu merasa takut berjumpa denganmu
Kenapa
Karena disetiap perjumpaan denganmu
Ada rasa sepi yang mulai menyeruak di jiwa
Hai malam
Kau tahu
Di setiap perjumpaan denganmu
Aku selalu mengharapkan
Kau kan hadirkan gemerlap sinar bintang untukku
Kau kan hadirkan indahnya bulan purnama untuk menemani sepiku
Hai malam
Kau tahu
Saat kehadiranmu hanya menghadirkan sunyi senyap untukku
Aku hanya bisa mengharap iba Tuhanku
Mengharap sang semesta membelai
Sanubari terdalamku
Mengharap iman kan selalu menyinari dadaku
Mengharap sang waktu selalu mewarnai mimpi-mimpiku
Karena
Hanya harapan ini yang kupunya
Harapan yang mampu membawaku
pada suatu keyakinan
Bahwa ada pelangi di balik semua badai
Aruna Senggigi
23 Februari 2022
00.03 WITA
Jumat, 11 Februari 2022
SEKOLAH PERJUMPAAN
Salah satu program sekolah dan merupakan ciri khas sekolah (SMAN 1 Gunungsari) adalah Literasi dan Sekolah Perjumpaan.
Model pelaksanaannya adalah:
Pada jam ke-0 anak-anak mengaji 15 menit dan literasi Jurusan selama 15 menit juga. Sebelum kegiatan literasi berlangsung pada malam harinya atau bisa 2 atau 3 hari sebelumnya guru akan mengirimkan materi melalui GC atau group KBM Wa dimana dalam kegiatan ini anak-anak dibagi menjadi tiga bagian ada anak kelompok A, kelompok B dan kelompok C, dimana masing-masing kelompok ini akan mendapatkan jatah materi yang berbeda-beda untuk kemudian esok harinya atau sesuai dengan jadwal literasi yang ada anak akan menceritakan kepada teman-temannya mengenai materi yang sudah dibaca.
Kelompok A bercerita kepada kelompok B C
Kelompok B juga akan bercerita kepada kelompok AC
dan seterusnya.
Begitu juga dengan literasi mapel kegiatannya sama dengan literasi jurusan.
Adapun Nilai-nilai yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah :
1. Nilai kedisiplinan dengan cara siswa harus sudah berada di kelas sebelum gurunya masuk.
2. Nilai kebersihan dgn cara kelas harus sudah bersih/rapi sebelum gurunya masuk.
3. Nilai religius dengan cara berdoa dan memberi salam sebelum pembelajaran dimulai.
4. Belajar mengisi janji dengan cara membaca materi yang diberikan oleh guru mapel sehari/beberapa hari sebelumnya.
5. Belajar bertanggungjawab jawab dgn cara apa yang diceritakan/dipresentasikan harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
6. Menghargai orang lain dgn cara mendengarkan apabila guru atau teman bercerita/presentasi (tidak menginterupsi, berbicara dengan orang lain, dsb) dan meminta ijin apabila keluar kelas.
7. Keihklasan/legowo menerima kebenaran baru apabila argumennya bisa dipatahkan oleh teman lain.
8. Berbaik sangka dgn cara tidak meremehkan orang lain.
9. Kejujuran dgn cara apa bila tidak masuk memang alasannya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya (surat ijin ttd orang tua, sakit ). Tidak mencontek kalau ulangan.
10. Nilai kerjasama dengan cara semua aktif/berpartisipasi dalam tugas kelompok.
Minggu, 26 Desember 2021
AKU DAN ANAKKU
AKU DAN ANAKKU
Ku lipat mukena yang kukenakan sehabis menunaikan sholat isya, aku segera ke kamar mandi sambil membawa test peck untuk mengecek kehamilan. Sebenarnya aku hampir putus asa untuk bisa memiliki sang buah hati lagi, sudah 12 tahun aku menunggu namun tak jua ada tanda-tanda kehamilan dalam rahimku.Namun, entah kenapa malam ini ada keyakinan yang begitu kuat dalam batinku bahwa hasilnya akan positif, suamiku pada saat itu hanya tersenyum geli melihat tingkahku sementara kakak dengan sabar menunggu di depan pintu kamar mandi menunggu hasil tast pack yang ku bawa.
Yah aku memang sudah memiliki seorang putra yang sudah mulai beranjak remaja, di usianya yang ke-15 tahun aku belum jua mempersembahkan adik untuknya padahal hampir setiap hari dia menanyakannya.
entah berapa puluh taspack yang sudah ku coba karena hampir setiap bulan selama 5 tahun ini aku mengecek kehamilanku tapi hasilnya selalu nihil.
Kadang rasa putus asa kerap menghampiri tapi aku selalu berusaha menepisnya.
Maa... gimana hasilnya?." tanyanya sambil terus duduk didepan kamar mandi".
Sebentar sayang mama belum selesai ini."jawabku".
Dik kata temen kakak urine sehabis bangun tidur pagi-pagi yang akurat hasilnya."ujar suamiku dari kamar tengah."
Yaa adik tau tapi adik gak sabar mau mengecek sekarang."ujarku".
Aku juga heran entah keyakinan dari mana datangnya hingga aku begitu yakin bahwa hasilnya akan positif.
Beberapa saat kemudian saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, dengan perasaan berdebar-debar ku amati garis merah di alat taspack kehamilan yang ku pegang. berlahan namun pasti terbentuklah dua garis yang begitu kurindukan selama ini. Aku memekik kegirangan, rasa syukur tiada henti senantiasa keluar dari mulutku.
Maaa gimana udah keluar gak hasilnya?." tanya anakku di luar."
Aku lalu keluar dari kamar mandi, lalu setengah bercanda aku memasang wajah sedih sambil mengeluarkan hasil tes kehamilanku.
satu dua tigaaaa ucapku sambil mengeluarkan alat test kehamilanku.
Dengan wajah kebingungan karena anakku memang masih belum mengerti menanyakan arti garis merah berjumlah dua itu apa, aku lalu menjelaskan padanya bahwa sebentar lagi dia akan memiliki seorang adik.
Dengan wajah gembira dia berlari ke arah bapaknya sambil memperlihatkan hasil test kehamilanku.
Suamiku waktu itu langsung berlari memeluk dan mencium keningku. Kami sangat bahagia dengan hasil test itu.
Penantian kami selama 12 tahun akhirnya terbayar sudah, aku langsung sujud syukur derai air mata tak terbendung membasahi kedua pipiku.
Untuk lebih meyakinkan lagi esok paginya aku melakukan test lagi dan hasilnya sama positif.
Tok tok tok...suara ketukan palu dari pak Hakim membuyarkan lamunanku akan masa silam.
Hari ini awan hitam seperti enggan pergi meninggalkan sang cakrawala, mendung menyelimuti hati yang kelabu.
Ragaku seperti tersayat pisau berkarat saat mendengar ketukan palu itu. Tak pernah terbersit dalam anganku pernikahanku akan kandas dengan cara se tragis ini.
Awal kehamilan suamiku begitu memperhatikanku, segala makanan yang kuinginkan selalu berusaha dikabulkannya.
Aku sangat bahagia atas perhatiannya, anakku yang bungsu tidak mau ketinggalan hampir setiap saat dia mengecek perutku sambil bertanya berapa lama adik akan keluar.
Kehamilanku yang ke dua terasa jauh lebih berat dari yang pertama, makanan tidak boleh lepas dari mulutku, bahkan sering sampai tertidur makanan masih ada dalam mulutku, pinggang dan punggung sering terasa sakit yang tidak tertahankan.
Lima bulan kehamilan sikap suamiku mulai berubah, dia sering marah-marah jika ku dekati, dia sudah tidak menunjukkan rasa pedulinya meski kondisi kehamilanku semakin membesar. Namun, aku bersyukur aku memiliki seorang putra yang begitu telaten mengurusku,Anak tertuaku tanpa kenal lelah memijit setiap kali aku mengeluh kesakitan sementara suamiku asyik berduaan dengan seorang perempuan berstatus janda yang sudah sebulan ini tinggal menumpang dirumah mertua.
Pagi hari nan cerah, semilir angin pagi terasa begitu sejuk kuhirup, ku bereskan semua perlengkapan yang akan ku bawa ke rumah sakit. Hari yang di nantikan akhirnya tiba, anakku terlahir ke dunia ini dengan berat 3,4 kg panjang 50 cm dengan operasi sesar wajahnya sangat tampan hidungnya mancung, kulitnya putih dan sangat bersih. Saat dia terlahir aku dalam kondisi sedang tidak baik-baik saja, hatiku diliputi oleh perasaan curiga dan was-was atas hubungan terlarang suamiku dengan perempuan tersebut. Rasa tidak peduli suamiku begitu kurasakan di kehamilan keduaku ini, bahkan dalam kondisi tidak berdaya pasca operasi pun dia tidak menunjukkan sikap selayaknya seorang suami. Aku hanya menelan ludahku setiap menyadari hal ini, sementara itu perempuan itu tidak henti-hentinya berkunjung ke rumah sakit selayaknya keluarga dekat dengan alasan menjengukku.
Ada rasa sakit yang menjalar disekujur tubuhku setiap kali aku melihat cara mereka saling bertatapan. Namun, yang aku syukuri aku dikelilingi oleh orang-orang yang baik, ibu mertua yang tanpa kenal lelah siang malam mengurusku, anak tertuaku yang senantiasa menunjukkan baktinya, Bibi, adik-adik ipar yang senantiasa ada jika dibutuhkan sedikit bisa menjadi pengobat dikala aku kesulitan mengurus diriku.
Pada tanggal 18 Agustus tahun 2018 tepat tiga minggu setelah anak keduaku lahir gempa dahsyat melanda. Pusat gempa berasal dari Lombok Utara, pada saat itu bayi mungilku sedang tertidur di kamar tidur sementara aku sedang berada di kamar mandi.
Goncangan hebat membuatku berlari sambil berteriak memanggil anakku, aku langsung mengangkat tubuh mungilnya yang sebagian terkena serpihan tembok kamar yang mengelupas akibat gempa, seketika suasana gelap gulita, nampaknya hampir seluruh daerah lombok mati lampu. Suara teriakan ketakutan terdengar dimana-mana, aku yang pada saat itu masih dalam kondisi belum stabil berusaha mencari penutup kepala karena aku keluar dalam kondisi baju tanpa lengan.
Beruntungnya dijemuran ada kainku yang tersisa satu, segera ku ambil kain itu lalu ku tutup kepala dan tubuhku sementara bayi mungilku diambil dan di gendong oleh bapak mertuaku. Suara teriakan ketakutan semakin ramai terdengar bahkan sebagian besar sudah berlari-lari ke arah bukit sambil berteriak tsunami tsunamii .
Sambil berpegangan dengan ibu mertuaku serta beberapa anggota keluargaku kami berlari ke arah bukit. Pada malam kejadian suamiku sedang pergi ke Lombok Timur, sambil menahan sakit karena kondisi jahitan pasca operasi belum kering ku percepat langkah kakiku .
Suasana begitu mencekam, gempa susulan tak henti-hentinya bergoyang bahkan beberapa rumah sudah banyak yang ambruk tak berbekas.
Sesampainya kami di atas bukit kami lalu beristirahat, suasana horor masih menyelimuti karena akibat goncangan gempa susulan yang terjadi pohon-pohon serta bukit yang berada disekitar tempat kami istirahat seperti mau tumbang dan menimpa kami.
Dalam kondisi gelap gulita aku mencari ibu mertuaku, bayi mungilku masih digendong oleh bapak mertuaku, beralaskan mukena sebagai selimut bayi mungilku anteng dan tidak rewel sedikitpun. Dia tertidur begitu lelap dan aku sangat mensyukurinya, aku kembali mencari ibu mertuaku ternyata dia tertidur di pinggir jalan.
Inaak jangan tidur disana nanti diinjak orang. "Tegurku setengah berteriak."
Berkali-kali ku panggil ibu mertuaku tapi tak ada sahutan yang kudengar, karena suasana yang gelap gulita kunyalakan senter dari Hp yang batrenya tinggal beberapa persen lagi, alangkah terkejutnya begitu kudapati ibu mertuaku sudah dalam kondisi sekarat. Aku memekik histeris, aku berteriak kembali memanggil namanya tapi tak jua ku dengar sahutan. Sementara dari mulut mertuaku tak henti-hentinya mengeluarkan makanan yang dia makan tadi sore, aku tanpa fikir panjang melepaskan kain penutup kepala yang kugunakan untuk membersihkan mulutnya. Semua terpaksa aku lakukan karena tidak ada cara lain untuk membersihkannya.
Malam semakin beranjak kelam, suasana semakin mencekam teriakan suara takbir menggema dimana-mana kala goncangan demi goncangan hebat kembali melanda bumi tercinta ini.
Beberapa orang mulai berkumpul menyaksikan kondisi ibu mertuaku, sementara yang lain sedang sibuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Aku lalu mengambil bayiku yang sedari tadi di gendong oleh bapak mertuaku.
Hembusan angin malam semakin terasa menusuk tulang, rasa kedinginan disekujur tubuh mulai terasa. Ku peluk bayi mungilku dengan erat agar dia tidak merasa kedinginan, jujur aku sangat mengkhawatirkannya.
Dia tertidur dengan begitu lelapnya sepertinya dia mengerti bahwa saat ini suasana sedang tidak baik-baik saja dan dia tidak mau menyusahkan orang lain terutama mamanya.
Malam itu merupakan malam terpanjang yang kurasakan selama hidupku, betapa hati ini tidak sabar menyongsong sang mentari. Suasana gelap gulita disertai goncangan hebat membuatku diliputi rasa takut yang teramat sangat, kondisi mertua yang tak kunjung sadarkan diri membuatku semakin panik.
Suara azan subuh dari salah satu pengungsi menyadarkanku bahwa pagi akan segera menyapa. Derai air mata tak terbendung membasahi pipiku, aku bersyukur isu tsunami yang diributkan tadi malam tidak benar adanya, sambil menggendong bayiku aku bertanya mengenai kondisi ibu mertuaku tapi jawaban yang aku dapatkan sangat memilukan hatiku, ibu mertuaku sudah tidak ada harapan lagi.
Ketika mentari telah menampakkan sinar indahnya dengan nekat ditengah reruntuhan rumah yang hancur akibat gempa suami dan beberapa anggota keluarga membopong mayat ibu mertuaku.
Suasana masih mencekam, orang-orang mulai kembali kerumah mereka untuk mengambil beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk mengungsi. Hanya kerabat dekat yang mengurus jenazah ibu mertuaku sementara para tetangga masih diliputi oleh rasa ketakutan untuk kembali kerumah.
Inaaakk...kenapa engkau pergi secepat ini aku sayang inak."teriakku sambil berurai air mata."
masih jelas teringat dalam benakku tadi malam kita bergandengan tangan menyeberangi jalan mengungsi bersama untuk menyelamatkan diri, tapi kini engkau telah pergi untuk selama-lamanya.
Setelah pemakaman selesai pihak keluargaku meminta izin pada suamiku untuk membawaku mengungsi di Lombok Timur mengingat kondisiku yang baru melahirkan. Di luar dugaan suamiku mengizinkan dan sama sekali tidak merasa keberatan .
Hampir tiga bulan aku, anak tertuaku dan bayiku hidup dalam pengungsian sementara suamiku mengungsi di tempat lain bersama keluarga dan perempuan itu.
Suka duka hidup dalam pengungsian di tengah suasana gempa yang tak berkesudahan membuat bayang-bayang ketakutan begitu sulit beranjak dari ingatanku, rasa trauma masih meliputi segenap raga.
Bayi mungilku tumbuh dengan sehat, ditengah suasana hati yang terluka karena pengkhianatan suami tercinta bayiku merupakan pengobat lara. Setiap melihat senyumnya, dunia seperti milikku, dia sumber kekuatan sumber kebahagiaan aku merawatnya dengan segenap rasa kasih sayang yang kupunya.
Tiga bulan pasca gempa aku kembali dari pengungsian, suamiku dengan wajah asingnya menjemputku hari itu. Aku kembali kerumah, tapi ke rumah yang belum lama ini ku beli dan belum pernah ku tinggali karena rumah yang selama ini kutinggali runtuh akibat gempa beberapa bulan yang lalu.
Perubahan sikap suamiku begitu terasa, dia jarang sekali pulang kerumah, dia hanya pulang kerumah ditengah malam buta dan pagi-pagi sekali dia sudah ke desa dirumah mertua dimana perempuan itu masih tinggal menumpang.
Waktunya lebih banyak dia habiskan untuk perempuan itu. Kecurigaanku semakin menjadi-jadi berbagai cara aku lakukan untuk mencari bukti perselingkuhan mereka berdua namun tak jua berhasil. Hingga suatu hari, aku mendapatkan telefon jika pesanan barang yang dipesan oleh customerku sudah sampai dan harus segera diantarkan. Seperti biasa jika dalam kondisi mendesak aku akan menitipkan anakku di sepupu sekaligus pengasuh anakku, namun hari itu dia berhalangan karena harus pulang merawat ibunya yang sedang sakit, dengan sangat terpaksa aku titip anakku di perempuan itu. Beberapa jam kemudian setelah barang selesai kuantar aku kembali kerumah mertuaku untuk mengambil anakku, pada saat aku sampai di sana suasana cukup lengang hanya ada bapak mertua dan beberapa tetangga yang sedang mengobrol sementara suamiku seperti biasa tidak ada dirumah. Aku lalu mencari anakku di dalam kamar, nampaknya anakku sedang tidur dan kulihat perempuan itu juga tertidur dengan begitu lelapnya. Mataku tertuju pada benda pipih warna hitam yang terletak disamping perempuan itu, hp jadul yang selama ini begitu ingin aku periksa. Dengan tubuh bergetar kuambil benda kecil itu, ku buka pesan yang ada disana dan alangkah hancurnya hatiku begitu melihat salah satu pesan yang berasal dari suamiku. Pesan ucapan selamat ulang tahun hari pernikahan yang berasal dari suamiku untuk perempuan itu.
Dunia serasa berputar, perasaanku hancur berkeping-keping. Harga diri sebagai seorang istri serasa tercabik-cabik oleh pengkhianatan mereka berdua, begitu lihainya mereka menyembunyikan kebusukan mereka di hadapanku selama satu tahun dan yang membuat perasaanku hancur keluarga besar suamiku menyembunyikan kejadian sepenting ini dariku.
Betapa teganya mereka semua.
Tok tok... ketukan pintu kamar hotel tempatku menginap menyadarkanku kembali dari lamunan panjangku.
Kejadian beberapa tahun silam sampai saat ini masih terus membayangi hari-hariku. Begitu kubuka pintu ternyata kedua anakku sudah berdiri didepan pintu sambil membawakan seikat bunga mawar dan ucapan "Selamat Hari Ibu".
Selamat Hari Ibu ya Ma..."ucap mereka berdua hampir bersamaan".Aku berhamburan keluar memeluk mereka berdua, air mataku mengalir deras. Kupandangi mereka berdua, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Saat ini anak tertuaku sudah menginjak remaja sementara bayi mungilku sudah menginjak umur 4 tahun. Di usia dia yang masih sangat belia, dia sudah menunjukkan sikap-sikap yang sering membuatku berdecak kagum.
Aku bahagia memiliki mereka berdua, harta berharga dalam hidupku.
Aku dan Anakku
Selasa, 21 Desember 2021
Untaian Asa Sang Penggerak
Untaian Asa Sang Penggerak
Ummie
Kembali
ku tapaki langkah kakiku disini
Aruna
Senggigi
Tempat
berkumpulnya sang penggerak
Dari
bumi patut patuh patju
Jiwa
bergelora penuh semangat
Senantiasa
tercipta setiap raga ini
Dipertemukan
dan berkolaborasi
Bersama
sang penggerak yang menawan hati
Ada
mimpi dan asa yang tercipta
Setiap
kali berbagi dan menumpahkan
Segala
kekuatan dan visi yang dimiliki
Sembilan
purnama telah terlewati
Berjuang
bersama dibawah bimbingan dan arahan
Sang
fasilitator dan Pendamping praktik
Yang
memiliki hati nan mulia dan penuh peduli
Segala
rintangan dan hambatan telah terlewati
Cibirian
dan cemoohan
Tak
membuat langkah ini terhenti
Terbayang
kembali kenangan indah itu
Meet
dan berkolaborasi
Bersama
sang fasilitator
dan
para insan sang penggerak penggugah semangat
Insan
hebat teman berbagi
Hingga
malam beranjak mendekati kelam
Tak
jua mencipta rasa bosan berbagi
dan
berkolaborasi diantara kami
Terkenang
jua
Kegiatan
elaborasi bersama sang instruktur
Yang
memotivasi dan Pemberi ilmu pembuka hati
Rasa
bahagia dan rasa ingin tahu semakin memuncah
Setiap
kali tangan mungil ini
Membuka
lembaran demi lembaran
Modul
yang berisi ilmu sebagai bekal
Untuk
berbagi menghamba dan melayani
Sang
generasi anak negeri
Ku
kan mengamalkannya dengan sepenuh hati
Agar
terwujud generasi yang membanggakan negeri
Tugas
demi tugas yang diembanpun
Ku
selalu menaatinya tanpa rasa berat dihati
Aku
duduk merenung seorang diri
Ku
telungkupkan tangan diwajahku
Kini
...
Aku
semakin menyadari
Sewindu
sudah menapaki dunia pendidikan
Ada
begitu banyak kealfaan dan kekurangan yang kumiliki
Ada
begitu banyak kompetensi sebagai seorang guru
yang
ingin kukembangkan
Waktu
begitu cepat berlalu
Kini
semua kegiatan pelatihan telah berakhir
Namun
aku menyadari
Ini
bukanlah akhir dari sebuah perjuangan dan pergerakan
Ini
adalah awal tonggak
Mengemban
amanah sebagai Sang Guru Penggerak
Mampukah
kau
Tergerak
bergerak dan menggerakkan
Demi
tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat
Bapak
Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Aruna
Senggigi
20
Desember 2021
Senin, 20 Desember 2021
ARUNA SENGGIGI
Aruna Senggigi
Part terakhirSumbang irama getar rindu
Mengiringi suasana mendung
Di pagi hari yang kelabu
Kala langkahku terayun mendayu
Hatiku berdetak kencang
Tak menentu
Menyadari kau ada dihadapanku
Getar hebat di dadaku
Nyatanya masih bersemayam
Indah di kalbu
Terasa merasuk dijiwaku
Senyum getirku terurai
Kala kau manatap wajahku
Dulu ...
Di saat bunga cinta sedang mekar
Kau malah mengundang kepiluan dihatiku
Aruna Sengigi
Disinilah dulu sang semesta
Mempertemukanmu denganku
Disinilah sempat tercipta
Mimpi indahku bersamamu
Namun kini
Ditempat ini pula
Ku kubur dalam perih
Asaku padamu
Semesta tak memihak
Pada hatiku yang merindu
Getar di dadaku tak jua
Memaksaku harus menerima
Kau sebenarnya sudah
Ummie
20 Desember 2021
Selasa, 14 Desember 2021
PPG MENGAJARKAN ARTI PERJUANGAN
Kamis 2 Desember 2021
Aku mengirim whatshapp ke group anak2 yang akan terlibat pada pembuatan video praktik pembelajaran UKIN
Dengan antusias mereka bersemangat berlatih sesuai dengan tugas yang aku berikan. Ada yang bertugas presentasi hasil diskusi kelompok, membaca kesimpulan, refleksi dan memimpin doa.
Persiapan UKIN hampir 99% tgl eksekusi anak-ànak juga tidak sabar untuk mengikuti kegiatan zoom hari minggu nanti...
5 Desember 2021
Ditengah malam buta terdengar suara air hujan disertai angin kencang mengganggu nyenyaknya tidurku..Suaranya bergemuruh kencang, atap yang trbuat dari spandek menambah riuhnya suara derasnya air hujan yg turun ke bumi..
Aku menarik selimutku, kulihat ke bawah ternyata anak sulungku terlelap disana beralaskan keramik rumahku. Dia memang selalu takut tidur sendirian jika cuaca se ekstrim seperti ini.
6 Desember 2021
Aku kembali memejamkan mataku, entahlah sudah berapa lama aku terlelap sayup-sayup ku dengar suara azan subuh berkumandang, menyejukkan setiap insan yang mendengarnya. Suaranya tak terlalu jelas ditelinga terhalang oleh suara kerasnya gemuruh air hujan yang ternyata tidak pernah berhenti sejak semalam, bahkan semakin menjadi-jadi.
Perlahan ku buka kedua kelopak mataku, dalam kondisi masih mengantuk aku berusaha mencari hp ku karena suasana sudah gelap gulita tanpa cahaya. Agaknya mati lampu.
Setelah ketemu aku segera menuju kamar mandu untuk berwudu', ada sedikit debar didada mendengar suara gemuruh air hujan disertai angin kencang, aku bergumam dalam hati tumben hujan turun sederas ini. Setelah selesai berwudu ku gelar sajadah tua namun masih nampak bagus dan terawat kenang-kenangan dari almarhum bapakkku saat pulang dari menunaikan ibadah haji pada tahun 1990 lalu. Sajadah ini telah menemani sujud panjangku semenjak SD sampai sekarang, kupanjatkan doa keselamatan kepada Sang Robi. Setelah berpuas diri bermanja bermohon pada Sang Pemilik Hati aku mengambil Quran kecilku sambil berusaha menerangi dengan sinar kecil yang berasal dari Hpku.
MembacaNya membuat rasa sejuk di hati.
Kuletakkan mukenaku ditempat semula, ku bangunkan anakku agar segera melaksanakan sholat subuh. Ku menatap sudut demi sudut atap rumah, bocor dimana-dimana. Bak mandi yang kugunakan untuk menamping air bocoran sudah hampir penuh, sungguh bisa dibayangkan betapa derasnya hujan semalam.
Seisi ruangan rumahku hampir semua kena air bocoran hujan kecuali di kamar dan teras depan, pagi hari hujan deras nampaknya belum mau beranjak dari bumi. Suasana masih gelap gulita akibat pemadaman lampu, sinyal internet juga sangat tidak bersahabat.
Ketika sinyal internet mau menoleh sejenak ke Hp puluhan chat Whatsapp nampak berjejer rapi di hpku, setelah ku buka betapa terkejutnya ternyata disekitar rumahku terutama hampir semua wilayah Gunungsari terkena banjir parah. Pada saat itu aku masih berharap hujan akan segera reda mengingat hari ini adalah hari pengambilan video praktik pembelajaran UKIN dan pengumpulan portofolio UKIN. Namun seketika harapan itu pupus tatkala melihat kiriman video kondisi sekolah ke group Whatsapp, ternyata sekolahku tidak luput dari terjangan banjir.
Di gerbang utama air sudah se paha kaki orang dewasa, ruangan kepala sekolah, wakasek, TIK juga tidak luput dari terjangan banjir. Hatiku resah gelisah kalau kondisi seperti ini bagaimana aku bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran daring bersama anak-anak sementara selama ini aku mengandalkan wifi dan komputer sekolah untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran daring sebelumnya.
Kembali sinyal menghilang, hatiku semakin tidak karuan sampe jam 10 pagi lampu tak kunjung menyala, resah gelisah mulai menguasai rasaku. Aku berusaha konfirmasi ke pihak kampus atas kondisi yang kualami di Lombok walau ku tahu chatku akan sulit terkirim mengingat betapa buruknya sinyal saat itu.
Aku terus memanjatkan doa agar diberikan jalan kemudahan. Aku berusaha menghubungi siswa-siswiku untuk menanyakan kondisi mereka tapi tidak ada satupun yang aktif.
Hatiku kembali terenyuh tatkala melihat beberapa kiriman video yang menayangkan kondisi rumah beberapa teman sejawat terendam banjir, sambil terus berdoa untuk keselamatan saudara-saudara yang terdampak banjir aku kembali mencoba memberikan pengertian dari pihak kampus namun tetap saja jawabannya itu kewenangan pusat. Aku diminta untuk menelfon langsung pak Ujang yang bertindak sebagai ketua PPG, aku langsung nge chat beliau, lumayan lama baru terkirim.
Pada saat sinyal tidak ada ternyata pak Ujang menelfonku hal itu kuketahui saat sinyal ada terlihat ada tiga panggilan tidak terjawab dari no beliau, Aku kemudian mencoba menghubungi beliau tapi tidak berhasil karena sinyal menghilang lagi.
Aku terduduk lemas, kupandangi laptop putihku yang sudah tak bernyawa lagi, kupandangi batre hpku yang tinggal beberapa persen lagi, bayang-bayang kegagalan UKIN menghantui jiwaku namun aku tidak patah arang. Ku telfon bu Nur sahabatku menanyakan bagaimana kondisi Mataram apakah nyala lampu atau tidak ternyata disana tidak ada pemadaman lampu aku lalu bergegas bersiap-siap menuju ke Mataram, Namun langkahku terhenti tatkala melihat beberapa chat digroup yang mengabarkan kondisi jalanan disetiap sudut yang lumpuh total akibat banjir.
Aku kembali terduduk lemas, fikiranku semakin kalut tiba-tiba Hp ku berdering agaknya pak Ujang menelfon lagi beliau lalu menanyakan kondisi sambil menekankan sebisa mungkin mengambil video pembelajaran hari itu, aku kembali menjelaskan kemungkinan kecil bisa terjadi mengingat sebagian besar siswa juga terdampak banjir dan pemadaman lampu. Lalu beliau memberikan kesempatan sampai besok sebelum jam 12, Aku kembali terduduk lemas karena besok di jam segitu aku ada dalam perjalanan menuju Surabaya.
Jadi seharusnya hari ini senin 6 Desember 2021 aku sudaj harus berangkat ke Surabaya dalam rangka pelatihan membuat portofolio digital bagi guru penggerak angkatan 2 di seluruh Indonesia tapi keberangkatan aku tunda demi kegiatan PPG hari ini.
Dalam kegamangan hati aku meminta anak sulungku untuk mengecek kondisi jalan yang bisa dilalui utk menuju ke Mataram, dia lalu segera pergi mengecek tapi jawaban yang diberikan anakku membuatku terkulai lagi tenyata hampir semua jalanan ke arah Mataram terdampak banjir. Akhirnya aku membuat keputusan bagaimanapun caranya aku harus ke Mataram walau harus menerjang banjir sekalipun. setelah selesai sholat zuhur aku mengambil kunci motorku.
Maa gak usah nekat, mama gak akan bisa ke Mataram semua jalan ditutup karena banjir "ujar anakku". Aku tetap nekat , ku hidupkan motorku kemudian melesat mencari jalan pintas yang kira-kira bisa dilalui agar bisa sampai kota Mataram.
Aku melewati jalan di Pakel tembus Kapek dan benar saja banjir sudah selutut kaki orang dewasa dengan mengucapkan bismillah ku pacu laju motorku dan alhamdulillah aku berhasil menuju jalan utama.
Suasana jalan ramai oleh orang-orang yang melihat kondisi banjir.
Sekitar jam 1 siang tibalah aku di rumah sahabatku, setelah mengucapkan salam aku masuk dan segera menghidupkan laptop, Namun sayang seribu sayang sinyal disana sangat buruk jangankan untuk internet dilaptop sekedar Wa an saja sangat susah.
Aku kembali mendesah kecewa, rasa capek dan lapar sudah mulai menyapa diri, aku melirik jam di Hp ku waktu terus berjalan sementara berkas-berkas portofolio UKIN belum ku uplpad.
Awan mendung dan pekatnya hitam seakan memberi kabar bahwa hujan akan turun kembali, aku menatap bu Nur sambil meminta saran. Pandangan mataku nanar dan penuh kebingungan, aku berusaha mengingat sahabat-sahabat yang bisa ku mintai tolong dan alhamdulillah ditengah kekalutan Allah membuka jalan fikiranku.
Hai dik lagi dimana" sapaku melalui telefon untuk dindaku tercinta Baeduriah."
saya dirumah sekarang."jawabnya".
Wifinya normal gak?tanyaku".
Normal dong." jawabnya".
Boleh saya kesana numpang?"tanyaku lagi".
ya Bolehlah Ayo kerumah saya tunggu" jawabnya lagi".
Tanpa berfikir lama karena semakin mendesak ku pacu motorku kesana.
Tidak butuh waktu 15 menit aku sudah sampai di depan rumah temanku.
Bersambung
MEREKA YANG MENDUKUNG PERUBAHAN
Perubahan selalu menimbulkan dinamika, lahir beragam respon, positif, netral maupun negatif yang perpaduannya membuat masyarakat semakin din...
.jpeg)
-
Perubahan selalu menimbulkan dinamika, lahir beragam respon, positif, netral maupun negatif yang perpaduannya membuat masyarakat semakin din...
-
Untaian Asa Sang Penggerak Ummie Kembali ku tapaki langkah kakiku disini Aruna Senggigi Tempat berkumpulnya sang penggerak Dari ...