Selasa, 14 Juni 2022

SECERCAH ASA DI ARUNA SENGGIGI



Cerpen 

Part 4

Hari itu pagi-pagi sekali aku  sudah memanaskan motorku, aku harus segera berangkat ke hotel aruna untuk mengikuti kegiatan lokakarya yang rutin dilaksanakan tiap bulan untuk Calon Guru Penggerak.

Hari ini aku melangkah dengan perasaan yang begitu membuncah, hari ini aku sudah membulatkan tekad untuk mengatakan semuanya padamu. Perasaan yang selama ini kupendam untukmu akan kuungkap semuanya, aku bertekad begitu kegiatan selesai aku akan mengajakmu bertemu untuk membicarakan semuanya. 

Aduh batre lowbet ni, sesalku. belum sempat terkirim whatsapp yang ingin kukirim untukmu gawaiku keburu mati.

Aku berusaha meminjam sana sini tapi tak ada satupun yang membawa cas.

Ketika jam istirahat tiba aku berusaha mencari sosokmu tapi tak jua ku temukan

entahlah kau bersembunyi dimana sampai tak jua ku temui batang hidungmu

Ku coba mengirimkan chat whatsap menanyakan keberadaanmu tapi tetap tak jua terbaca. 

Hari ini kembali kuikuti kegiatan lokakarya untuk ke 6 kalinya, tapi kegiatan kali ini akan terasa berbeda dengan lokakarya sebelumnya.

ya ini adalah lokakarya terakhir yang akan aku ikuti karena untuk lokakarya selanjutnya aku tidak bisa mengikutinya karena besok pagi aku harus berangkat ke Australia dalam rangka melanjutkan S2 ku.

Aku diterima sebagai mahasiswa disana dengan beasiswa penuh dari pemerintah Australia, iseng-iseng aku ikuti seleksi itu dan diluar dugaanku aku lulus tahap demi tahap dalam setiap seleksi. 

Pagi Nan cerah, angin terasa begitu sejuk aku melangkah dengan puncak kerinduan mendalam yang terpendam. Tangga demi tangga ku naiki, kebetulan lokasi kelompokku kali ini berada di lantai 6.

Aruna Senggigi, disinilah rasa itu untuk pertama kali hadir aku masih berharap semua akan berakhir indah tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda kepastian darimu.

Aku kau buat tergantung diantara berani berharap ketika kau tanpa,angin, tanpa hujan, menyapa malam-malamku, tapi disisi lain aku terkapar tak berani berharap kala sikap cuekmu mulai kau perlihatkan padaku. 

Sesampai di lantai dua nampak beberapa teman CGP sudah hadir dan berkumpul sesuai dengan kelompok mereka masing-masing, Namun ada pula yang asyik bermain sendiri dengan gawainya sambil sesekali membalas sapaan hangat dari CGP yang lain. 

Aku terdiam sejenak, aku menatap sekeliling sepertinya di kelompokku hanya aku yang sudah datang. 

Aku  langsung nenuju lantai 6, suasana masih sepi karena mungkin aku yang terlalu pagi datang ke sini. Aku memilih berdiri di sudut pembatas balkon sambil melihat dari jauh kerumunan peserta CGP yang tampak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.

Tanpa sengaja mata ini menangkap sosokmu, sosok yang selama ini sangat ku rindukan. Rindu yang begitu memuncak membuat mulutku seakan tercekat untuk sekedar menyapamu, dadaku bergemuruh kala melihat senyummu dari jauh.

Ah tahukah kamu hari ini merupakan hari yang aku tunggu-tunggu setelah satu bulan memendam kerinduan yang begitu mendalam padamu.

Aku ingin menepikan semua rasa ini tapi semua terasa sia-sia, ingin ku sapa dirimu dari jauh tapi mulutku tertutup tanpa suara bahkan memandang langsung wajahmu aku tak sanggup.

Aku menatap gawaiku berharap ada whatsapp yang masuk darimu sekedar menanyakan posisiku dimana, tapi layar itu tetap dalam kondisi yang sama. Puluhan whatsapp yang masuk dalam posisi tercentang hijau tak berselera ku baca, saat ini aku hanya merindukan whatsapp darimu Namun, detik demi  detik ku menunggu tak jua terlihat ada yang masuk.

Aku menelan ludah kekecewaan, aku ingin memberitahukanmu tentang kepergianku besok, tapi tanganku terasa beku tak mampu bergerak, terkunci oleh rasa malu.

Detik demi detik berlalu satu persatu peserta CGP mulai berdatangan, Kami lalu melakukan registrasi dan mengisi biodata selanjutnya memasuki ruangan masing-masing. 

Aku mengikuti rangkaia kegiatan demi kegiatan dengan antusias, tapi tidak bisa dipungkiri perasaan sedih begitu mendominasi, sedih karena karena kegiatan selanjutnya aku sudah tidak disini, sedih karena harus membayangkan berpisah darimu tanpa ada kepastian diantara kita. 

Tidak terasa kegiatan sudah dipenghujung acara, ku pandangi layar gawaiku, ku buka blog ku disana nampak kumpulan puisi demi puisi yang kubuat untukmu. Sepertinya aku harus berani mengambil langkah berani, aku akan mengirimkan semua puisi ini padamu, aku sudah tidak sanggup memendam semuanya.

Aku memutuskan mengirimkan semua puisi-puisi itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERSESAT

Cerita dikit perjalanan hari ini: Minggu-minggu ini vertigo ku suka kambuh, walau tidak separah dulu tapi tetap membuatku khawatir karena ...