Ulasan Takdir
Minggu, 04 Agustus 2024
TERSESAT
Minggu, 11 Juni 2023
RONA KEBIMBANGAN
Jumat, 12 Mei 2023
KOLOID
Jumat, 07 April 2023
Jumat, 24 Maret 2023
Mencumbu Luka
Jumat, 13 Januari 2023
Mengubah Perangai tidak Terpujimu itulah Tujuanku
Aku
hanya bisa menatap nanar ketika pertama kali mengunjungi sekolah yang akan aku
tempati sebagai tempat mengajar yang baru.
Terhitung
mulai hari ini aku mendapatkan SK mutasi dari sekolah sebelumnya, karena
beberapa faktor aku memang harus pindah dari sekolah yang lama.
Pagi
ini cuaca nampak mendung, sinar mentari pun belum mau menampakkan dirinya angin
dingin sepoi-sepoi menyapa tubuh mungilku dinginnya terasa menusuk sendi-sendi
tulangku
Aku
menggigil kedinginan ku rekatkan tanganku agar rasa dingin itu sedikit
berkurang.
Sekitar
setengah jam perjalanan sampailah aku di sekolah
Sekolah
ini terletak di pinggiran kota, Hanya nampak empat bangunan yang berdiri di
sana aku mencoba bertanya di mana lokasi ruang guru pada seseorang yang
kebetulan berpapasan denganku tapi jawaban yang aku dapatkan sedikit
menyesakkan ternyata ruang guru tidak ada, karena keterbatasan ruangan, ruang
guru dan ruang TU menjadi satu bahkan beberapa kali ruang guru dan TU digunakan
oleh anak untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Aku
hanya mengelus dada menerima kenyataan ini, kondisi ini tentu berbeda 180
derajat dengan kondisi sekolahku sebelumnya.
Bangunan
sekolah yang megah dengan segala fasilitas yang ada, teman dan rekan sejawat
yang sudah seperti keluarga membuatku tidak mudah menerima kondisi ini.
Hatiku
berontak bahkan seringkali air mataku menangis memprotes kepada Tuhan mengapa
kenyataan ini menimpa hidupku.
Waktu
berjalan dengan begitu cepatnya, walaupun kondisi ini membuatku kurang nyaman
karena harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman baru tapi untuk tugas
mengajar aku tetap bersikap profesional apa yang aku lakukan di sekolah lama
tidak ada bedanya dengan sekolah yang baru bahkan di sini aku harus lebih
kreatif dalam pembelajaran karena kondisi dan karakteristik siswa yang sedikit
berbeda dengan siswaku sebelumnya.
Waktu
ternyata mampu mengubah kondisi hatiku, aku berusaha berdamai dengan keadaan
yang kualami, jalan satu-satunya yang harus dilakukan agar hati menjadi tenang
dan bahagia adalah senantiasa selalu bersyukur dengan ketetapan yang Allah
berikan walau bagaimanapun kondisinya.
Ki Hajar mengibaratkan sawah itu ibarat sekolah, guru adalah
petani dan murid adalah benih. Aku merasa fase yang kurasakan saat ini adalah
aku memiliki sawah yang tandus dan bibit yang kurang unggul, namun aku sebagai
guru yang diibaratkan seperti petani bertekad dan berusaha untuk memelihara dan
memupuk sawah ini dan menyemai bibit-bibit yang ada dengan sebaik-baiknya agar
mereka dapat tumbuh dengan subur sehingga menghasilkan tanaman yang berkualitas
dan unggul.
Hari
ini aku tidak ada jam mengajar, seperti biasa kalau tidak ada jam mengajar aku
akan duduk santai di berugak sambil memandangi tingkah laku beberapa anak yang lalu
lalang berkeliaran di luar kelas karena ada jam kosong, biasanya hal ini
dikarenakan guru yang berhalangan hadir tidak memberikan tugas atau bahkan
memang kondisi anak tersebut yang susah diatur.
Baru saja aku mau membuka layar hpku tiba-tiba tiga orang
siswa mendekati tempat dudukku.
Hai
ibu, ibu guru baru ya di sini."tanya mereka."
Ya
nak ibu baru sebulan di sini."jawabku."
Kalian
kelas berapa?."tanyaku."
Kelas
X IPS Bu." Jawab mereka hampir serentak."
Nama
kamu siapa."tanyaku kembali.”
Namaku
Gentar, yang ini Alit sama Rama Bu."jawab salah satu anak yang ternyata
bernama Gentar".
Mereka
lalu bermain-main di depanku, suara mereka yang ribut cukup menggangguku
Bahkan
beberapa kali mereka bertingkah menjengkelkan untuk menarik perhatianku.
Nak
gak boleh begitu kurang sopan." Tegurku halus."
Hai
Tegar kamu jangan begitu ibu marah itu." Tegur salah satu dari mereka.
Ya
Ibu maaf." Jawab Tegar sambil mendekati dan mulai duduk di
sebelahku."
Ibu
sudah berapa lama menjadi guru."tanyanya tiba-tiba."
Ibu
udah menjalani profesi sebagai seorang pendidik hampir 12 tahun
nak."jawabku".
Wah
hebat ibu udah lama sekali."jawabnya menimpali."
Kenapa
nanya seperti itu nak ."tanyaku lagi."
Enggak
ada Bu, Tegar hanya pengen tau aja.
Oya
Bu dulu saya punya guru SD baik sekali."ujarnya tiba-tiba."
Dulu
Tegar kan gak punya ayah saat Tegar masih kecil jadi kalau mau beli baju itu
susah.
Omongan
Tegar mulai menarik perhatianku, aku mulai konsentrasi mendengar ceritanya, aku
baru ingat beberapa saat yang lalu ketika rapat sedang berlangsung ada anak
bernama Tegar disebut-sebut suka membuat masalah di kelas dan jarang masuk.
Ternyata
ini anaknya.
Oya
Tegar gimana, maksud kamu ayahmu sudah meninggal?." Tanyaku sambil
memandangi wajahnya dengan penuh perhatian."
Ya
Bu ayah saya meninggal pada saat saya masih duduk di bangku kelas IV SD, ayah
saya di begal saat perjalanan pulang mengambil uang dari bank.
Uang
itu sendiri merupakan uang hasil penjualan tanah paman saya Bu.
Leher
kepala ayah saya waktu itu hampir putus akibat tebasan senjata tajam para
pembegal itu.
Nampak
mata Tegar mulai berkaca-kaca ketika mulai menceritakan peristiwa kelam masa
kecilnya, sementara aku semakin berkonsentrasi dan mulai terbawa perasaan
mendengar kisah hidupnya.
Saat
itu ayah masih bisa bertahan hidup dan sempat di bawa ke rumah sakit, namun
baru dua hari dirawat di rumah sakit nyawa ayah saya tidak bisa tertolong lagi.
Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di saat saya masih membutuhkan kasih
sayangnya,
Mendapati
musibah seperti itu ibu saya syok Bu, berbulan-bulan dia mengurung diri dan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya berjualan kue buatan tetangga dengan
keuntungan tidak seberapa.
Saya
ingat Bu saat saya SD kelas VI baju saya sudah tidak layak pakai Bu dan ada
seorang guru yang membelikan saya pakaian seragam dan pakaian buat bermain saya
sangat senang waktu itu.
Sekarang
ibumu di mana nak."tanyaku."
Ibu
sekarang sudah menikah dan tinggal bersama suami barunya dan saya sekarang tinggal
sama nenek saya yang sudah renta, saya kadang gak bisa masuk sekolah karena
harus kerja bu kalau saya gak kerja maka saya dan nenek saya gak makan, sebenarnya
saya ingin seperti anak-anak yang lain masuk dan belajar setiap hari tanpa
harus memikirkan kebutuhan hidup tapi apa daya kondisi saya yang mengharuskan
saya bekerja dengan waktu yang tidak tentu membuat saya kadang terpaksa
beberapa kali tidak masuk.
Dia
mulai menunduk, aku liat matanya mulai memerah menahan air matanya agar tidak
terjatuh.
Aku
kemudian menghampirinya, ada rasa sesak juga dalam hatiku ketika harus
menyadari di usia semuda ini dia harus menanggung beban hidup yang tidak mudah.
Tegar
apapun kondisi yang kamu alami saat ini jangan pernah membuat semangat
belajarmu hilang ya, jadikan semua sebagai motivasi agar kamu lebih giat lagi
dalam belajar dan berdoa agar masa depanmu bisa lebih baik lagi.
Jalani
setiap proses yang ada, semua kejadian yang menimpa hidup kita pasti akan ada
hikmahnya.
Aku
berusaha menasehati sambil ku tepuk-tepuk pundaknya.
Ya
bu, terima kasih ibu mau mendengarkan kisah saya.
Ya
nak, sekarang ajak temanmu masuk kelas kembali gak boleh berkeliaran di luar
kelas pada saat jam pembelajaran berlangsung.
Ya
bu kalau begitu kami balik ke kelas ya.’’Ujar mereka bertiga hampir serentak.”
Detik demi detik berlalu, haripun
berganti bulan pun bergantian mengikis waktu yang senantiasa beranjak tanpa
mampu kutahan untuk berlalu, tidak terasa hampir satu tahun aku mengajar di
sini berlahan dan pasti aku mulai memahami karakter sebagian besar siswa yang ada di sini.
Ada
beberapa hal yang membuatku tidak tenang dan menjadi beban fikiranku selama ini
salah satunya adalah kebiasaan sebagian besar anak-anak mengeluarkan kata-kata
kotor dan bersikap kurang sopan terhadap guru, fenomena ini banyak kutemukan di
kelas X, kelas XI IPS dan XII IPS. Kata-kata kotor sepertinya bukan hal yang
tabu keluar dari mulut mereka walau itu di depan guru sekalipun.
Membuat
gaduh di dalam kelas, tidak mengumpulkan tugas serta jarang masuk sekolah tanpa
keterangan juga menjadi PR besar bagi kami para guru yang ada di sekolah.
Berbagai usaha dilakukan agar perilaku-perilaku kurang terpuji ini bisa
teratasi. Jika ditelisik lebih lanjut factor lingkungan keluarga merupakan
factor yang sangat mempengaruhi perilaku anak-anak di sekolah, hampir 85% anak
yang bersekolah di sini merupakan anak yang broken home.
Ibu
saya izin lagi hari ini tidak bisa ke sekolah tidak ada yang mau mengantar
saya. Ini adalah chat yang kesekian kali dari Dewi Sartika salah satu siswa binaanku.
Selama
ini siapa yang biasa mengantarmu ke sekolah?.”tanyaku.”
Paman
bu, tapi sekarang paman saya gak bisa mengantar lagi karena pagi-pagi sekali
dia sudah di pasar.”jawab Dewi.”
Bapak
ibumu mana?”tanyaku lagi.”
Ibu
bapak saya sudah bercerai bu, sekarang ibu saya pergi ke NTT sementara bapak
saya gak mau mengurus saya, saya tinggal bersama nenek.
Bu
hari ini Gumelar masuk gak?
Tiba-tiba
ada chat lagi yang masuk ternyata itu adalah chat dari kakak salah seorang
siswa binaanku.
Gumelar
sudah tidak masuk tiga hari berturut-turut bu setelah saya tanya alasannya
ternyata dia terlambat bangun karena tidak ada yang membangunkan.
Ya
bu saya atas nama kakak Gumelar meminta maaf, Gumelar kurang perhatian ibunya
sudah meninggal sementara bapaknya pagi-pagi buta sudah ke pasar untuk bekerja
menjadi tukang parkir.
Suatu hari saat jam keluar main aku
sengaja tidak memamfaatkan jam keluar main untuk istirahat karena setelah bel
masuk jam mengajarku masih berlanjut di sini aku merasa enggan untuk beranjak
dan memilih bercengkrama dengan anak-anak yang kebetulan tidak mau ke luar
kelas untuk bermain.
Ada
Nabil, Yudha, Dian, Lista yang Nampak asyik bercanda di depanku. Hanya Yudha
yang terus-menerus menatapku tanpa henti.
Yudha
kenapa menatap ibu seperti itu.”tanyaku.”
A
a anu bu.”Jawab Yudha terbata-bata karena kaget.”
Anu
bu kalua melihat ibu saya seperti melihat ibu saya.”jawabnya.”
Wah
masa? Emang ibu mirip ya? Tanyaku
Ya
bu mirip sekali. Jawabnya
Ibu
jadi penasaran pengen ketemu ibu kamu, masa sih ibu ada kembaran. “Jawabku
bercanda”
Ibu
saya sudah meninggal bu dari saya masih kelas dua SMP.”Jawab Yudha tertunduk.”
Innalillahi
wainnailahi Rojiuun, Ibu minta maaf ya ibu tidak tahu. Tiba-tiba rasa terharu
menyelimuti sukmaku.
Kalau
bapakmu bagaimana?
Bapak
masih ada bu.”jawabnya.”
Bapakmu
udah nikah lagi.”belum bu.”
Lalu
yang mengurus kamu dan adik-adikmu di saat bapakmu bekerja siapa?.Tanyaku.”
Gak
ada bu.”jawabnya.”
Anggi,
Devina, Yogi, Aditya, Kadek, Farel, Maya dan beberapa siswa binaanku yang lain merupakan
anak yang broken home juga. Perilaku-perilaku yang kurang terpuji sedikit tidak
terbentuk dari kondisi keluarga, kurang perhatian dan pengaruh lingkungan
tempat mereka tinggal.
Langkah
selanjutnya yang kulakukan untuk mengatasi hal ini adalah menemui guru agama
dan menawarkan kolaborasi untuk membuat program terkait bagaimana mengatasi
perilaku anak yang sudah memprihatinkan terutama yang berkaitan dengan
seringnya sebagian anak mengeluarkan kata-kata kotor di depan umum dan
keterbatasan kemampuan beberapa anak dalam menguasai teknik membaca alqur’an.
Program ini aku namakan “Bengkel akhlak dan Klinik Alqur’an” nama ini sendiri
keluar setelah aku dan guru agama yang bernama pak Rahmat berdiskusi beberapa
kali.
Fokus
dari program ini adalah pembentukan dan perbaikan akhlak siswa, dalam program
bengkel akhlak anak-anak yang sering mengeluarkan kata-kata kotor akan dibina
dua kali dalam seminggu yakni hari senin setelah upacara bendera dan hari jumat
setelah kegiatan imtaq.
Model
pembinaannya adalah dengan membiasakan anak mengeluarkan kata-kata baik, aku
yakin kata-kata kotor yang sering keluar dari mulut mereka tanpa peduli dengan
siapa mereka berhadapan adalah akibat dari kebiasaan yang mereka lakukan di
sekolah, oleh sebab itu kami berupaya mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan
tersebut dengan pembiasaan. Untuk yang beragama muslim model pembinaannya
adalah secara serentak mereka melafazkan istigfar selama 55 kali dan
bersholawat, kegiatan ini berlangsung selama 15 menit dan untuk yang beragama Hindu
menyesuaikan dan dibimbing juga oleh guru agama Hindu. Selain pembiasaan
melafazkan kata-kata baik, model pembinaan yang lain untuk yang muslim adalah
melaksanakan kegiatan sholat berjamaah bersama di jam siang dan sholat sunat Duha
setelah imtaq.
Sementara
untuk program lain yakni bengkel alqur’an model pembinaannya adalah
mengelompokkan anak menjadi tiga kategori yaitu anak yang belum bisa membaca
alqur’an, anak yang bisa membaca alqur’an tapi belum lancar dan anak yang sudah
mahir membaca alqur’an. Model pelaksanaannya pun menggunakan tutor sebaya,
selain melibatkan guru agama dalam program ini wali kelas juga dilibatkan.
Untuk
anak yang sudah mahir membaca alqur’an bertugas membimbing teman-teman mereka
yang belum bisa dan yang belum lancar membaca alquran sesuai dengan kelompok
yang sudah ditentukan oleh guru berdasarkan kriteria yanga ada. Wali kelas juga
bisa berperan aktif dalam kegiatan ini dengan cara ikut memantau perkembangan
capaian dari setiap anak.
Kegiatan
ini sampai saat ini masih berlangsung dan memberikan dampak yang sangat positif
dalam memperbaiki perilaku anak.
Selain program yang fokus pada
pembentukan karakter aku juga menyusun program literasi dengan memamfaatkan
media blog, model kegiatannya adalah setiap jam ke 0 selama 30 menit anak-anak
mengadakan kegiatan literasi, 10 menit membaca alqur’an dan 20 menit sisanya adalah
melaksanakan kegiatan literasi bahan bacaan. Model kegiatannya adalah siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok anggotanya berjumlah
tiga orang yang terdiri dari siswa A, siswa B dan siswa C. Pada malam hari aku
selaku guru mengirim materi ke group kelas yang sudah ku buat dengan materi
yang berbeda untuk setiap kelompok siswa. Pada saat kegiatan literasi
berlangsung anak-anak akan duduk sesuai kelompok masing-masing kemudian siswa A
B dan siswa C secara bergantian menceritakan bacaan yang dibaca semalam. Adapun
materi yang dikirim bisa berupa materi pelajaran bisa juga bacaan umum yang
menginspirasi.
Selain
membiasakan anak membaca kegiatan, ini juga mengandung nilai-nilai yang harus
diperhatikan yaitu:
1.
Nilai kedisiplinan
dengan cara siswa harus sudah berada di kelas sebelum gurunya masuk.
2.
Nilai kebersihan dgn
cara kelas harus sudah bersih/rapi sebelum gurunya masuk.
3.
Nilai religius dengan
cara berdoa dan memberi salam sebelum pembelajaran dimulai.
4.
Belajar mengisi janji dengan cara membaca materi yang
diberikan oleh guru mapel sehari/beberapa hari
sebelumnya.
5.
Belajar
bertanggungjawab jawab dengan cara apa yang diceritakan/dipresentasikan harus
bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
6.
Menghargai orang lain
dengan cara mendengarkan apabila guru atau teman bercerita/presentasi (tidak
menginterupsi, berbicara dengan orang lain, dsb) dan meminta ijin apabila keluar
kelas.
7.
Keihklasan/legowo
menerima kebenaran baru apabila argumennya bisa dipatahkan oleh teman
lain.
8.
Berbaik sangka dengan
cara tidak meremehkan orang lain.
9.
Kejujuran dgn cara apa
bila tidak masuk memang alasannya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya (surat ijin ttd orang tua, sakit beneran). Tidak mencontek kalau
ulangan.
10. Nilai kerjasama dengan cara semua aktif/berpartisipasi
dalam tugas kelompok.
Program ini aku adopsi dari
program sekolah lama tempat dulu aku mengajar hanya berbeda pada pemamfaatan media, kalau pada sekolah
sebelumnya tidak ada pemamfaatan media blog di pelaksanaan kegiatan tapi dalam
program yang ku rancang setiap siswa harus menuangkan isi bacaan dan hasil
kegiatan literasi dalam blog masing-masing.
Blog ini juga nantinya bisa dimamfaatkan oleh siswa untuk
refleksi dan mengumpulkan tugas-tugas lain, baik guru dan siswa bisa secara
langsung mengomentari isi blog masing-masing secara bergantian.
Kerjasama dari semua
ekosistem sekolah terutama dukungan dari kepala sekolah sangat membantu dalam
upaya suksesnya semua program yang sudah dilaksanakan. Evaluasi dan monitoring
juga harus secara kontinu dilakukan agar segala kekurangan pada pelaksanaan
program dapat diperbaiki dalam kegiatan selanjutnya.
BIOGRAFI PENULIS
Sumiati adalah seorang wanita yang lahir dari keluarga sederhana,
tepatnya di Desa Kilang, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur pada
tanggal 25 Mei 1983. Ketika usianya
masih belia Dia memutuskan mondok di sebuah pondok pesantren yang ada diwilayah
Lombok Tengah, tepatnya di Pondok Pesantren At-tohiriyyah Al-fadhiliah
Bodak. Suasana pondok yang begitu damai
dan menenangkan membuat dia lebih mudah mendapatkan inspirasi dalam
menghadirkan suatu karya.
Sumiati, S.Pd. Seorang wanita yang
berprofesi sebagai pengajar di sebuah sekolah negeri tepatnya di SMAN 11
Mataram ini memiliki hobi yang cukup banyak. Pecinta musik, membaca bahkan traveling merupakan hobi yang sangat dia
senangi. Wanita yang juga berprofesi sebagai pebisnis dan pernah terpilih
sebagai agen terbaik oleh perusahaan Alhally
Corporation dan pernah terpilih sebagai resseler
terbaik dengan penjualan terbanyak tahun 2021 oleh Perusahaan Rumah Faiqa
Mataram sebenarnya sudah menyenangi dunia tulis-menulis dari kecil, segala
sesuatu yang dia lakukan selalu dia tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Sampai
saat ini dia sudah menuangkan Sembilan karyanya pada buku Antologi yang
berjudul,
"Arunika dan Benara, Guru Pembelajar Sekolah Perjumpaan, Aku dan
Anakku, Sepenggal Cerita Menjadi Seorang
Wali Kelas, Gairah Menulis Puisi Nusantara, Jejak Guru Penggerak dari Bumi
Patuh Patut Patju, Aku dan Pondok Pesantren, Mahakarya Buat Anies dan Aku Mencintaimu
bukan Karena Cinta” . Selain sembilan buah
buku antologi dia sudah menghasilkan satu buah buku solo yang berjudul “Getar Dawai Hati di Ujung Senja.”
“Lakukan
hal-hal Positif di setiap hembusan napasmu” merupakan motto dalam Hidupnya.
Lebih jelasnya, silahkan kunjungi blog pribadinya:
Ttp://ulasantakdir.blogspot.com atau
facebook Ummie Ethica
Rabu, 11 Januari 2023
TIDAK SETEGAR NAMAMU
Aku hanya bisa menatap nanar ketika pertama kali mengunjungi sekolah yang akan aku tempati sebagai tempat mengajar yang baru.
Terhitung mulai hari ini aku mendapatkan SK mutasi dari sekolah sebelumnya, karena beberapa faktor aku memang harus pindah dari sekolah yang lama.
Pagi ini cuaca nampak mendung, sinar mentari pun belum mau menampakkan dirinya angin dingin sepoi-sepoi menyapa tubuh mungilku dinginnya terasa menusuk sendi-sendi tulangku
Aku menggigil kedinginan ku rekatkan tanganku agar rasa dingin itu sedikit berkurang.
Sekitar setengah jam perjalanan sampailah aku di sekolah
Sekolah ini terletak di pinggiran kota, Hanya nampak empat bangunan yang berdiri di sana aku mencoba bertanya di mana lokasi ruang guru pada seseorang yang kebetulan berpapasan denganku tapi jawaban yang aku dapatkan sedikit menyesakkan ternyata ruang guru tidak ada, karena keterbatasan ruangan ruang guru dan ruang TU menjadi satu bahkan sesekali ruang guru dan TU sering digunakan oleh anak untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Aku hanya mengelus dada menerima kenyataan ini, kondisi ini tentu berbeda 180 derajat dengan kondisi sekolahku sebelumnya
Bangunan sekolah yang megah dengan segala fasilitas yang ada, teman dan rekan sejawat yang sudah seperti keluarga membuatku tidak mudah menerima kondisi ini.
Hatiku berontak bahkan seringkali air mataku menangis memprotes kepada Tuhan mengapa kenyataan ini menimpa hidupku.
Waktu berjalan dengan begitu cepatnya, walaupun kondisi ini membuatku kurang nyaman karena harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman baru tapi untuk tugas mengajar aku tetap bersikap profesional apa yang aku lakukan di sekolah lama tidak ada bedanya dengan sekolah yang baru bahkan di sini aku harus lebih kreatif dalam pembelajaran karena kondisi dan karakteristik siswa yang sedikit berbeda dengan siswaku sebelumnya.
Waktu ternyata mampu mengubah kondisi hatiku, aku berusaha berdamai dengan keadaan yang kualami jalan satu-satunya yang harus dilakukan agar hati menjadi tenang dan bahagia adalah senantiasa selalu bersyukur dengan ketetapan yang Allah berikan walau bagaimanapun kondisinya.
Ki Hajar mengibaratkan sawah itu ibarat sekolah, guru adalah petani dan murid adalah benih.
Aku merasa fase yang kurasakan saat ini adalah aku memiliki sawah yang tandus dan bibit yang kurang unggul
Namun aku bertekad memelihara dan memupuk sawah ini agar menjadi subur dan memelihara bibit-bibit yang ada dengan sebaik-baiknya agar mereka dapat tumbuh dengan subur sehingga menghasilkan tanaman yang berkualitas dan unggul.
Hari ini aku tidak ada jam mengajar, seperti biasa kalau tidak ada jam mengajar aku akan duduk santai di berugak sambil memandangi tingkah laku anak yang terkadang tidak belajar karena ada jam kosong.
Baru saja aku mau membuka layar hpku tiba-tiba tiga orang siswa mendekati tempat didukku.
Hai ibu, ibu guru baru ya di sini."tanya mereka."
Ya nak ibu baru sebulan di sini."jawabku."
Kalian kelas berapa?."tanyaku."
Kelas X IPS Bu." Jawab mereka hampir serentak."
Nama kamu siapa."tanyaku
Namaku Gentar, yang ini Alit sama Rama Bu."jawab salah satu anak yang ternyata bernama Gentar".
Mereka lalu bermain-main di depanku, suara mereka yang ribut cukup menggangguku
Bahkan beberapa kali mereka bertingkah menjengkelkan untuk menarik perhatianku.
Nak gak boleh begitu kurang sopan." Tegurku halus."
Hai Tegar kamu jangan begitu ibu marah itu." Tegur salah satu dari mereka.
Ya Ibu maaf." Jawab Tegar sambil mendekati dan mulai duduk di sebelahku."
Ibu sudah berapa lama menjadi guru."tanyanya tiba-tiba."
Ibu udah menjalani profesi sebagai seorang pendidik hampir 12 tahun nak."jawabku".
Wah hebat ibu udah lama sekali."jawabnya menimpali."
Kenapa nanya itu nak ."mataku."
Enggak ada Bu, Tegar hanya pengen tau aja.
Oya Bu dulu saya punya guru SD baik sekali."ujarnya tiba-tiba."
Dulu Tegar kan gak punya ayah saat Tegar masih kecil jadi kalau mau beli baju itu susah.
Aku mulai konsentrasi mendengar ceritanya, aku baru ingat beberapa saat yang lalu ketika rapat sedang berlangsung ada anak bernama Tegar disebut-sebut suka membuat masalah di kelas dan jarang masuk.
Ternyata ini anaknya.
Oya Tegar gimana, maksud kamu ayahmu sudah meninggal?." Tanyaku sambil memandangi wajahnya dengan penuh perhatian."
Ya Bu ayah saya meninggal pada saat saya masih duduk di bangku kelas IV SD, ayah saya di begal saat perjalanan pulang mengambil uang dari bank.
Uang itu sendiri merupakan uang hasil penjualan tanah pamab saya Bu.
Leher kepala ayah saya waktu itu hampir putus akibat tebasan senjata tajam para pembegal itu.
Nampak mata Tegar mulai berkaca-kaca ketika mulai menceritakan peristiwa kelam masa kecilnya.
Sementara aku semakin berkonsentrasi dan mulai terbawa perasaan mendengar kisah hidupnya.
Saat itu ayah masih bisa bertahan hidup dan sempat di bawa ke rumah sakit, namun baru dua hari dirawat di rumah sakit nyawa ayah saya tidak bisa tertolong lagi. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di saat saya masih membutuhkan kasih sayangnya,
Mendapati musibah seperti itu ibu saya syok Bu, berbulan-bulan dia mengurung diri dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya berjualan kue buatan tetangga dengan keuntungan tidak seberapa.
Saya ingat Bu saat saya SD kelas VI baju saya sudah tidak layak pakai Bu dan ada seorang guru yang membelikan saya pakaian seragam dan pakaian buat bermain saya sangat senang waktu itu.
Sekarang ibumu di mana nak."tanyaku."
Ibu sekarang sudah menikah dan tinggal bersama suami barunya dan saya sekarang sama nenek saya yang sudah renta.
Bu sebenarnya saya ingin seperti anak-anak yang lain masuk dan belajar setiap hari tanpa harus memikirkan kebutuhan hidup tapi apa daya kondisi saya yang mengharuskan saya bekerja dengan waktu yang tidak tentu membuat saya kadang terpaksa beberapa kali tidak masuk.
Dia mulai menunduk, aku liat matanya mulai memerah menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Aku kemudian menghampirinya,
Tegar apapun kondisi yang kamu alami saat ini jangan pernah membuat semangat belajarmu hilang, jadikan semua sebagai motivasi agar kamu lebih giat lagi dalam belajar dan berdoa agar masa depanmu bisa lebih baik lagi.
Jalani setiap proses yang ada, semua kejadian yang menimpa hidup kita pasti akan ada hikmahnya.
Aku berusaha menasehati sambil ku tepuk-tepuk pundaknya.
Sabtu, 31 Desember 2022
Tahun Baru 2023
Tahun baru selalu melahirkan semangat dan harapan-harapan yang baru
Tahun baru juga bisa dijadikan sebagai ajang refleksi diri tentang bagaimana kita, capaian-capaian kita serta hal-hal apa saja yang sudah dilakukan selama satu tahun penuh.
Segala peristiwa baik itu suka maupun duka tentu masih terekam di memori kita
Tentu berbagai peristiwa itu mampu mencipta rasa syukur dan bahagia jika peristiwa itu memang sesuatu yang kita harapkan dan impikan di tahun sebelumnya
Namun mungkin akan mencipta rasa sedih dan pilu jika peristiwa itu merupakan peristiwa yang menyakitkan dan melukai perasaan kita.
Tahun baru
Selalu mencipta rasa sedih jika mengingat semua yang berlalu tidak akan kembali lagi.
Tahun baru membuat kita menyadari bahwa tak ada yang abadi di dunia ini
Semua akan berlalu bahkan hilang dengan berlalunya pergantian tahun.
Tahun baru juga mampu memberikan pembelajaran bahwa segalaa sesuatu bisa diperbaiki
Tentu setiap insan mengharapkan ingin menjadi manusia yang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya baik itu secara spiritual maupun secara emosional.
Semoga di tahun 2023 ini segalaa harapan, impian dan doa-doa yang tertancap dalam sanubari di terima oleh Sang Maha Kuasa
Menjadi pribadi yang lebih baik lagi terutama dalam hal spritual, menjadi lebih bermanfaat lagi untuk keluarga dan orang-orang sekitar
Mampu mengubah segala hal yang kurang baik dalam diri serta senantiasa dilimpahkan Rezki yang halal dan berkah.
Aamiin YRA 🤲🤲
SELAMAT DATANG TAHUN 2023
SELAMAT TINGGAL TAHUN YANG PENUH COBAAN SEKALIGUS PENUH BERKAH 2022
Kamis, 29 Desember 2022
Panah Asmara
Terlukis kisah kita di ujung senja
Bersahutan diantara mega-mega
Berpeluk kita dalam cakrawala
Membangun asa di tingginya angkasa
Denyut jantungku berdetak begitu indahnya
Kala cintamu menyentuh jiwa yang merana
Anganku melayang seolah tak ada jeda
Tersihir dalam jeratan panah asmara
Saatku mengadu pada bintang
Saatku bercengkrama bersama rembulan
Malampun menemani seolah tak mau larut dalam kelam
Membelaiku hingga kuterhanyut disinari lampu temaram
Tuhan
Betapa indahnya rasa ini
Menguasai seluruh jiwa membuat seisi alam iri
Berharap kita bisa bersua dalam buaian rindu yang menjerat diri
Agar nestapa ini segera mengiring pergi
Lombok Timur
29 Desember 2022
Minggu, 25 Desember 2022
TEMU PENULIS KBMN
Pada tanggal 26 Desember 2022 diadakan temu penulis PGRI Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN).
Acara ini sendiri sudah di sosialisasikan sejak jauh-jauh hari, sebenarnya keinginan untuk datang ke Jakarta sangat besar tapi karena kondisi keuangan sedang tidak mendukung akhirnya saya harus puas hanya bersua dengan beberapa tokoh penulis Nusantara lewat online saja.
Acara ini digagas oleh beberapa panitia KBM PGRI yang pernah saya ikuti, saya termasuk peserta KBM angkatan 26.
Walaupun selama ini kami hanya dipertemukan melalui pelatihan online tapi suasana kekeluargaan sangat kental terasa dikomunitas ini sehingga kerinduan untuk bertemu secara langsung pun begitu kuat.
Acara temu ini sangat luar biasa ada banyak tokoh penting yang hadir dalam acara ini .
TERSESAT
Cerita dikit perjalanan hari ini: Minggu-minggu ini vertigo ku suka kambuh, walau tidak separah dulu tapi tetap membuatku khawatir karena ...

-
Aruna Senggigi Disinilah kisah itu dimulai Kisah perjumpaan antara kamu dan aku Momen itu mempertemukanku denganmu Aku yang sudah terbiasa ...
-
AKU DAN ANAKKU Ku lipat mukena yang kukenakan sehabis menunaikan sholat isya, aku segera ke kamar mandi sambil...